Warga Rembang Punya Tanggapan Berbeda Soal Kenaikan Harga BBM

Operator SPBU
Operator SPBU sedang melayani pembelian BBM kepada pengendara motor.

Semarang, Idola 92,6 FM – Pemerintah resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per 3 September 2022 kemarin, tidak hanya kelompok BBM bersubsidi saja tetapi juga nonsubsidi. Beberapa tanggapan berbeda terjadi di tengah masyarakat Kabupaten Rembang, menyikapi kenaikan harga BBM tersebut.

Adalah Putri Savitri warga Rembang saat mengisi BBM di SPBU Tireman Kecamatan Rembang Kota mengaku berat, sejak pemerintah menaikkan harga BBM. Dirinya yang hanya bekerja sebagai buruh pabrik itu, mengaku penghasilannya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Katanya saat ditemui, kemarin.

Menurutnya, imbas dari kenaikan harga BBM selalu diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.

Putri menyebutkan, seharusnya pemerintah menunda menaikkan harga BBM.

“Kemarin Rp7.650 per liternya sekarang Rp10 ribu per liter. Kuli pabrik gajinya sedikit terus kebutuhannya juga banyak,” kata Putri.

Beda dengan Putri, Ghofur warga Rembang lainnya mengaku memiliki pendapat yang berbeda.

Menurutnya, kenaikan harga BBM dinilai wajar dan memang sudah seharusnya ada penyesuaian harga. Sebab, beban pemerintah sudah cukup memberat dalam pemberian subsidi BBM.

Ghofur menjelaskan, sejak kenaikan BBM kemarin itu sebenarnya juga tidak terlalu memberatkan bagi dirinya. Meskipun setiap hari mengendarai sepeda motor dan menempuh jarak 30 kilometer pergi pulang itu, dirinya merasa masih mampu membeli BBM jenis Pertamax.

“Kalau buat saya Alhamdulillah masih aman, yang penting penghasilan juga ikut naik. Dengan BBM dinaikkan harganya, mudah-mudahan bisa mengurangi beban pemerintah. Semoga penghasilan masyarakat bisa ikut naik. Positif saja,” ujar Ghofur.

Ghofur berharap meskipun harga BBM naik juga, harus diimbangi dengan kenaikan upah pekerja. Sehingga, mampu untuk mengikuti kenaikan harga BBM. (Bud)