Bagaimana agar Tak Terbawa Arus dalam Memilih Pemimpin Jelang Pilpres 2024?

Megawati
Megawati Soekarnoputri, saat memberi sambutan di peringatan HUT ke-9 Undang-undang Desa, Minggu (19/3/2023). (Photo/Istimewa)

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam pidatonya di hadapan kepala desa, saat acara peringatan sembilan tahun UU Desa, di Jakarta, Minggu kemarin, Ibu Megawati Soekarnoputri menyinggung soal kriteria pemimpin yang layak dipilih pada Pemilihan Presiden 2024.

Tak hanya itu, Ketua Umum PDI Perjuangan itu juga mengingatkan soal pentingnya berpendirian dalam bersikap karena kondisi politik menjelang Pemilu 2024 dilihatnya seperti orang berdansa, yang membuat orang jadi mudah terbawa arus.

Dalam memilih pemimpin, menurut Megawati, seharusnya ada keteguhan sikap. Ia mencontohkan, saat dirinya memutuskan PDI-Perjuangan mengusung Joko Widodo pada Pilpres 2014. Meski sempat muncul pihak-pihak yang tidak senang, dirinya mendukung Jokowi dan ia tetap konsisten. Pilihannya pun terbukti, Jokowi mampu memimpin Indonesia.

Tentu saja kita sepakat dengan pernyataan Megawati Soekarnoputri agar publik tidak terbawa arus dalam memilih Pemimpin dalam Pilpres 2024; namun, imbauan itu menjadi normatif, mengingat—secara naluri kita memiliki sifat ikut arus atau social proof, sebuah sifat yang yang kita warisi sejak zaman purba. Sehingga tak heran, kalau publik akan selalu ‘ikut arus’.

Maka persoalannya, bukan sekadar menghimbau, tetapi mestinya memberikan pedoman atau panduan yang bisa menjadi piranti masyarakat agar tidak terbawa arus dalam memilih pemimpin? Jadi, bagaimana mestinya panduan praktis yang bisa dipedomani oleh masyarakat dalam memilih pemimpin? Bagaimana pula cara kita keluar dari social proof sehingga tidak terbawa arus?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni Halili Hasan, Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: