Semarang, Idola 92.6 FM – Kasus kekerasan termasuk bullying masih saja terus terjadi di satuan pendidikan. Meski berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah bersama masyarakat tetapi ternyata kekerasan masih mewarnai pemberitaan dari waktu ke waktu/ bahkan angkanya cenderung meningkat.
Dilansir dari Kompas.id (01/10), Federasi Serikat guru Indonesia (FSGI) mencatat bahwa kekerasan di sekolah semakin melonjak pada September 2024. Kondisi ini menjadi โalarmโ bagi pemangku kepentingan, bahwa sekolah belum sepenuhnya menjadi tempat yang aman bagi semua warga sekolah khususnya anak-anak atau murid.
Dalam pemantauan FSGI, dari sejumlah pemberitaan media massa/ selama September 2024 saja sudah terjadi lonjakan sebanyak 12 kasus kekerasan di sekolah. Kasus-kasus itu mulai dari kekerasan seksual sebanyak 6 kasus, kekerasan fisik 5 kasus, hingga kekerasan psikis 1 kasus.
Untuk itu, FSGI meminta Kemendikbudristek serta Kementerian Agama agar lebih memperkuat kinerja Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) dan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan. Tim tersebut diharapkan bisa menerapkan Peraturan Mendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023; tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan dengan tepat.
Namun, kenapa kekerasan di sekolah melonjak? Kenapa kita lebih sering kaget ketika terjadi tetapi kemudian seakan melupakannya? Tidak perlukah melibatkan para ahli ilmu sosial untuk mencari akar masalahnya, dan merumuskan jalan keluarnya?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Ardhie Raditya (peneliti budaya anak muda Universitas Negeri Surabaya) dan Retno Listyarti (Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)).ย (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: