Opini: Membaca Turki, Teringat Nazi

Paska Kudeta

2016-07-22-5C

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan pihaknya memberlakukan keadaan darurat selama tiga bulan, menyusul kudeta militer yang gagal pekan lalu.

Dalam pidato nasional yang disiarkan televisi, Rabu (20/07) malam waktu setempat, Presiden Erdogan mengatakan keadaan darurat memungkinkan pemerintah mengejar orang-orang yang bertanggung jawab atas kudeta, yaitu pendukung ulama Turki di Amerika Serikat, Fethullah Gulen.

Erdogan juga mengucapkan terima kasih kepada rakyat Turki atas keberanian mereka mengalahkan kudeta. Erdogan sebelumnya memperingatkan masih akan ada penangkatan dan pemberhentian ketika aparat keamanan menginterogasi puluhan ribu orang yang ditahan atau diskors. Mereka ini berasal dari jajaran militer, PNS, dan lingkungan pendidikan.

Mereka yang ditahan termasuk 99 perwira tinggi militer yang sekarang secara resmi dikenai dakwaan. Hingga kini lebih dari 50.000 orang ditangkap, dipecat atau diberhentikan sementara.

Pihak berwenang Turki juga melarang semua akademisi pergi ke luar negeri dalam rangka pembersihan pegawai negeri yang dicurigai terkait atas upaya kudeta tersebut.Sedang para akademisi yang saat ini berada di luar negeri untuk bekerja atau belajar diminta untuk kembali ke Turki sesegera mungkin.

Sejauh ini sekitar 1.577 dekan, 21.000 guru, dan 15.000 pejabat Kementerian Pendidikan sudah diminta mengundurkan diri.

Kemiripan kejadian di Turki dengan di Jerman cukup mencengangkan selayaknya gedung parlemen yang terbakar kemudian Nazi berhasil mengalahkan partai komunis Jerman, Presiden Erdogan juga diuntungkan dari kejadian ini ia bisa menyingkirkan lawan-lawan politiknya. (Gotcha Randy/Heri CS/Photo Dari Berbagai Sumber)