Generasi Milenial Kurang Minati Politik, Ada Apa?

Semarang, Idola 92.6 FM – Dunia politik tampaknya tak begitu menarik bagi kaum muda. Ada yang sinis karena politik adalah permainan kotor, ada pula yang tak acuh. Padahal, 37 persen dari 186,6 juta warga Indonesia adalah pemilih muda yang sangat menentukan masa depan bangsa.

Ada memang sebagian anak muda yang memilih jalan politik, sebut saja Meutya Hafid yang memutuskan banting setir dari layar kaca ke panggung politik melalui Partai Golkar. Kemudian, anak-anak muda lain yang ramai-ramai menjadi anggota Partai Solidaritas Indonesia (PSI) seperti Grace Natalie, Giring Nidji, dan Tsamara Amany Alatas. Namun, di sisi lain, kita juga harus mengakui, bahwa pada faktanya, jumlah anak muda yang apatis terhadap politik lebih banyak dari pada mereka yang menyukai politik.

Faktanya, berdasarkan riset dari aplikasi media social berbasis lokasi, Yogrt, generasi milenial atau mereka yang berusia 15 hingga 34 tahun kurang meminati politik sebagai topik pembicaraan. Bagi mereka, membicarakan politik itu dinilai berisiko dan kalangan ini cenderung menghindari risiko. Topik yang paling mereka minati adalah music serta olahraga dan kesehatan. Dalam hasil riset itu, topik pembicaraan politik hanya diminati 9 persen generasi milenial dari kalangan akar rumput. Persentase itu menempatkan politik di posisi ketiga dari bawah sebagai topik pembicaraan yang diminati di bawah saham dan buku/ literatur.

Lantas, apa sesungguhnya yang membuat generasi milenial kurang minat pada politik? Apa dampak terburuk jika generasi milenial buta akan politik? Bagaimana upaya yang bisa dilakukan pemerintah agar generasi milenial juga melek politik?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Syamsuddin Haris (peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI) dan Gun Gun Heryanto (pakar Komunikasi Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: