Bagaimana Antisipasi Pencurian Data di ATM?

Semarang, Idola 92.6 FM – Sebagian dana nasabah BRI hilang. BRI menyebut kasus itu sebagai pencurian data di ATM. Namun, BI masih meneliti lebih lanjut untuk mengetahui penyebab utamanya. Sebelumnya, sebanyak 33 nasabah Bank BRI di Kediri Jawa Timur, kehilangan sebagian uang di rekening mereka. Jumlah totalnya mencapai Rp145 juta.

Merujuk Kompas (15/03/2018), setelah dicek pihak bank, ternyata ada transaksi penarikan uang menggunakan anjungan transaksi mandiri (ATM) dari rekening para nasabah tersebut antara lain di Jerman dan Yunani. Diperkirakan kejahatan itu berupa skiming atau pencurian data nasabah melalui ATM.

Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, BI sedang menggali informasi terkait kasus itu. BI ingin mengetahui penyebab utamanya, apakah karena teknologinya yang kurang aman sehingga rawan diretas atau faktor lain.

Untuk itu, BI akan memanggil berbagai pihak terkait, termasuk provider yang bekerja sama dengan BRI. Provider tersebut serupa perusahaan rintisan. “Kami sedang mempelajari dan mendalami bentuk kerja sama itu. Kami juga akan mengecek, apakah provider itu sudah berizin atau belum. Dalam menangani kasus ini, kami tetap mengedepankan perlindungan konsumen,” kata Onny, dikutip dari Kompas (15/03/2018).

Lantas, kenapa kejahatan cyber crime seperti ini muncul kembali? Jika bank nasional saja bisa dibobol bagaimana dengan sistem lembaga keuangan lainnya? Sistem keamanan perbankan saat ini bagaimana? Kenapa masih bisa diterobos? Ke depan, apa yang mesti dilakukan pemerintah dan pihak perbankan untuk menangkalnya agar masyarakat merasa nyaman dan aman menitipkan uangnya di bank? Guna menjawab pertanyaan itu, Radio Idola mewawancara Dr Solichul Huda (Direktur Indonesia e-Fraud Watch (IEW)). [Heri CS]

Berikut wawancaranya: