Bagaimana Membentengi Keluarga sebagai Fondasi Bangsa dari Ancaman Radikalisme?

Semarang, Idola 92.6 FM – Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, peran keluarga sangat menentukan kualitas bangsa. Ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembinaan tumbuh kembang, menanamkan nilai-nilai moral dan pembentukan kepribadian individu. Diibaratkan keluarga merupakan sebuah pondasi untuk tumbuh dan berkembanganya sebuah bangsa. Jika fondasinya kuat dan kokoh, maka bangunan diatasnya dapat berdiri tegak, awet dan tahan terhadap guncangan.

Akan tetapi, baru-baru ini kita dikejutkan dengan aksi sebuah keluarga yang terlibat dalam aksi terorisme di Surabaya Jawa Timur. Yang membuat lebih miris dan mengiris sisi kemanusiaan kita, mereka melibatkan anak-anak dalam aksi bom bunuh diri di 3 gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018) lalu.

Jika dirunut, bibit radikalisme dalam keluarga sudah lama terdeteksi. Namun, jika pelaku terror adalah satu keluarga secara bersama seperti kasus bom bunuh diri di Surabaya itu adalah fenomena baru dalam aksi terrorisme global. Untuk itu, pemerintah perlu mewaspadainya karena jumlah keluarga yang memiliki ideologi radikal diyakini cukup banyak. Sebab, bisa diasumsikan, ini alarm bagi pembangunan dan pembinaan keluarga di Indonesia.

Lantas, dengan situasi seperti ini, bagaimana membentengi keluarga yang berperan sebagai fondasi bangsa dari ancaman radikalisme? Benarkah peristiwa di Surabaya sesungguhnya menjadi alarm bagi pembangunan dan pembinaan keluarga di Indonesia? Bagaimana pula penguatan hubungan kekerabatan agar masyarakat lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto dan Pakar pendidikan Itje Chodijah. [Heri CS]

Berikut diskusinya: