Bagaimana Mewujudkan Akses Sanitasi yang Sehat untuk Menyelamatkan Hidup Bangsa dan Mendukung Target Pembangunan Berkelanjutan-SDG’s?

Semarang, Idola 92.6 FM – Selain untuk kesehatan, sanitasi, higienis dan akses pada air bersih sangat fundamental bagi pembangunan sosial dan ekonomi. Akses terhadap air bersih dan stop buang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) akan turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Penyakit infeksi terkait sanitasi yang menurun memungkinkan masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidupnya sehingga lebih produktif. Hal itu sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Developments Goals (SDGs).

Namun, realitanya. Kita masih prihatin. Harus diakui, persoalan ini masih menjadi PR besar pemerintah Indonesia. Masih banyak warga yang belum memiliki akses sanitasi yang memadai. Padahal, perilaku BABS menunjukkan hak-hak dasar warga belum terpenuhi. Mereka pun rentan terhadap penyakit.

Harus diakui, untuk mewujudkan sanitasi layak di seluruh belahan bumi memang tidak mudah. Sampai saat ini, sesuai data WHO dan UNICEF, ada 4,5 miliar penduduk dunia hidup tanpa toilet layak dan 892 juta orang masih berperilaku BABS. Indonesia pun termasuk bagian dari Negara yang bermasalah dengan sanitasinya. Berdasarkan data dari Litbang Kompas dari laman washdata.org, pada 2015 terdapat 12,4 persen penduduk negeri ini masih mempraktikkan BABS. Angka itu menurun dibandingkan dengan tahun 2005 yang mencapai 25,2 persen.

Sementara, sesuai data BPS dan Bapenas, jumlah penduduk Indonesia tahun 2018 mencapai sekitar 265 juta jiwa. Jika diambil 10 persen saja, saat ini diperkirakan 26 juta penduduk berperilaku BABS. Kemudian, masih ada yang hidup dengan toilet tak layak. Kotoran manusia berakhir di saluran air, sungai dan merembes ke air tanah. Potensi penyakit yang disebarkan tidak hanya mengancam penduduk berperilaku BABS tetapi juga jutaan orang di luar mereka.

Lantas, melihat problem ini, bagaimana mewujudkan akses sanitasi yang sehat untuk menyelamatkan hidup bangsa dan mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s)? Apa sesungguhnya faktor terbesar yang membuat warga berperilaku BABS? Terobosan dan upaya kolaborasi seperti apa yang mesti dilakukan civil society agar warga tidak berperilaku Abstrak Open Defecation Free (ODF) atau Tidak Buang Air Besar Sembarangan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: dr. Imran Agus Nurali Sp.KO (Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI) dan Naning Adiwoso (Ketua Asosiasi Toilet Indonesia). (Heri CS)

Berikut diskusinya: