Indonesia Mengalami Defisit Neraca Perdagangan, Apa yang Terjadi dan Bagaimana Mengatasinya?

Semarang, Idola 92.6 FM – Setelah menikmati surplus sejak tahun 2015, neraca perdagangan Indonesia dalam 3 bulan terakhir kembali jatuh deficit. Dengan defisit pada bulan Februari 018 sebesar US$ 0,1 miliar, maka total defisit dalam 3 bulan sejak Desember 2017 menjadi US$ 1,1 miliar. Ini berarti defisit ini pertama kali terjadi sejak 2014. Kenaikan impor yang berbanding terbalik dengan ekspor selama Januari – Februari 2018 menjadi penyebab utama. Neraca perdagangan defisit berarti nilai impor kita lebih besar daripada ekspor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor bahan baku selama Februari mencapai 10,58 miliar US Dollar atau tumbuh 20,75% year on year (yoy). Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, defisit neraca perdagangan yang sudah terjadi dalam dua bulan terakhir perlu menjadi perhatian bagi pemerintah. Apalagi, defisit tersebut sudah terjadi sejak Desember 2017. Sebagai informasi, pangsa pasar ekspor Indonesia saat ini masih didominasi oleh China, Amerika Serikat (AS), dan Jepang. Total ekspor Indonesia ke China mencapai 15,36% dari total ekspor, AS 10,91%, dan Jepang 10,22%.

Lantas, apa yang membuat kondisi ini terjadi? Defisit ini bersifat permanen atau temporer? Bagaimana jalan keluar dari situasi ini? Perbaikan ke depan seperti apa yang mesti dilakukan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan kita pada impor?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, nanti Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Wijayanto Samirin (Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Ekonomi) dan Mohammad Faisal (Direktur Eksekutif CORE (Center of Reform On Economics) Indonesia). [Heri CS]

Berikut diskuisnya: