David vs Goliath. Mungkin itu gambaran pertandingan antara Islandia lawan Argentina. Yang satu bertanding dengan tanpa beban, lainnya bertanding dengan penuh beban. Apa kata Gi bol? Yuk dengar dalam program special Zabivaka – Pentas Piala Dunia di Radio Idola dalam edisi “La Albiceleste Vs Strakamir Okkar“.

“Once upon a time” (sebagaimana cerita rakyat pada umumnya). Hiduplah seorang pemuda desa nan lugu dari daerah “pedalaman” yaitu di desa Kurawan. Si pemuda lugu itu sangat suka mempelajari ilmu kanuragan. Sehingga kelak, dengan kezuhudan dan kesaktiannya, ia menjadi Panglima kerajaan Majapahit, dan berteman dengan Maha Patih Gajahmada. Nama pemuda itu adalah Arya Kamandanu, tokoh fiksi dengan latar belakang sejarah runtuhnya Kerajaan Singhasari dan berdirinya Kerajaan Majapahit.

Nyaris hampir seperti itulah, gambaran tim Islandia, yang berjuluk: Strakamir Okkar (yang artinya Pemuda-Pemuda Kami). Berasal dari negara kecil dengan populasi hanya 300 ribuan penduduk, yang menjadikannya negara dengan penduduk paling jarang di Eropa. Akan tetapi, jangan keburu apriori, karena sebagaimana Arya Kamandanu yang gemar mempelajari ilmu kanuragan, Islandia pun tampil bak ‘satria piningit’ yang mengejutkan semua orang, di pentas Piala Eropa 2016 yang lalu.

Datang ke Piala Dunia 2018 dengan label sebagai tim kejutan di Piala Eropa dua tahun lalu, masih teringat dengan jelas bagaimana taktik bertahan Islandia mampu membawa tim tersebut menekuk tim bertabur bintang Inggris 2-1 pada perhelatan EURO 2016 dan mampu menembus perempat-final. Kali ini menurut Kari Arnason, pelatih Islandia timnya sudah jauh lebih berkembang.

Di Euro, kami menggunakan formasi 4-4-2 yang kaku. Sekarang kami lebih dapat beradaptasi dan menggunakan setelan beragam dan taktik berbeda untuk tiap-tiap pertandingan.

“[Taktik Islandia adalah tentang] cara kami bertahan, cara kami menyerang balik (counter attack), dan menggunakan kekuatan dalam [situasi] set-piece,” ungkap Arnason dikutip BBC.

Islandia sendiri hanyalah negara dengan populasi sekitar 340 ribu jiwa hanya sekitar seperlima dari populasi semarang yang berkisar 1,7 juta jiwa. Jadi bisa dikatakan tampil di piala dunia sendiri sudah merupakan prestasi dan kebanggan bagi masyarakat Islandia, yang akan membuat Islandia tampil tanpa tekanan.

Disisi lain ada argentina justru datang dengan beban dan penuh ‘tekanan’, karena status mereka sebagai Runner up piala dunia 2016. Meskipun begitu tren Argentina bisa dikatakan cukup buruk karena sangat bergantung pada satu pemain andalan mereka, Lionel Messi.

Sejak November 2016, tidak ada pemain Argentina yang mampu mencetak gol di laga kompetitif kecuali Lionel Messi. Ketika Albiceleste menaklukkan Chile 1-0 pada 24 Maret 2017, Messi menjadi pencetak gol tunggal. Demikian pula kala tim asuhan Jorge Sampaoli menang 1-3 atas Ekuador dalam laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2018 pada 11 Oktober 2017.

Ketergantungan Argentina pada Lionel Messi terlihat jelas ketika sang kapten absen akibat larangan bermain di laga kontra Bolivia, tim papan bawah zona CONMEBOL, pada 29 Maret 2017. Lini depan yang disusun oleh Lucas Pratto dan Angel Correa tidak mampu mencetak gol. Bahkan meski Sergio Aguero dimasukkan sejak menit ke-56, skor laga itu tetap 0-0.

Perbedaan mencolok juga terlihat ketika Argentina dihancurkan Spanyol 6-1 dalam laga persahabatan di Wanda Metropolitano Maret lalu. Messi tidak bermain. Dengan formasi 4-2-3-1 dan mengandalkan Gonzalo Higuain sebagai ujung tombak, Albiceleste tidak cukup menahan serbuan La Roja. Gol mereka juga lahir dari bek Nicolas Otamendi.

Pertandingan Argentina vs Islandia pada Sabtu, 16 Juni 2018 pukul 20.00 WIB akan menjadi arena bagi tim debutan Piala Dunia 2018 mencari formula anti-Lionel Messi. Di sisi lain, laga di Stadion Spartak, Moskwa juga akan menjadi tolok ukur ketergantungan Albiceleste kepada sang kapten.

Apakah rencana Islandia mematikan Messi dapat berjalan mulus di partai pertama mereka di Piala Dunia? Jika Argentina masih tampil seperti di babak kualifikasi zona CONMEBOL, maka semua kreativitas mereka akan mati setelah Messi di-isolir dari aliran bola oleh bek-bek Islandia. (donas)