Membangun Negara dari Desa, Bagaimana Agar Ekonomi Desa Berdaya?

Semarang, Idola 92.6 FM – Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla merancang sembilan agenda prioritas sebelum terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pada tahun 2014. Sembilan program itu disebut Nawacita. Program ini digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Salah satu hal dalam Nawacita itu adalah Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

Namun, hingga tahun terakhir pemerintahannya, hal itu masih belum sepenuhnya berhasil. Segala upaya sudah dilakukan mulai dari bantuan kredit bergulir untuk sektor UMKM hingga alokasi dana desa. Namun, belum sepenuhnya mengungkit pertumbuhan ekonomi pedesaan. Ibaratnya, ekonomi desa masih belum berdaya. Warga belum digdaya secara ekonomi.

Data terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli 2018, inflasi perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan dengan penyebab terbesar harga pangan. Inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 lebih rendah dibandingkan dengan Juni 2018, 0,59 dan Juli 2017 sebesar 0,22. Hal ini layak menjadi peringatan bagi pemerintah. Bahan pangan dan biaya pendidikan masih menjadi komponen penyumbang terbesar terhadap inflasi. Ironisnya, desa sebagai penghasil pangan mengalami inflasi lebih tinggi akibat kenaikan harga pangan. Jumlah orang miskin maupun keparahan dan kedalaman kemiskinan lebih besar di perdesaan.

Lantas, melihat kondisi ini, apa yang mesti dilakukan agar ekonomi desa berdaya? Bagaimana mestinya Negara membangun ekonomi pedesaan agar tak semakin banyak warga meninggalkan desa? Berbagai program seperti alokasi dana desa sudah digulirkan tetapi kenapa masih belum berdampak signifikan? Strategi apa yang mestinya menjadi terobosan untuk mewujudkan program Nawacita Pemerintahan Jokowi-JK?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni Bambang Sadono (Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) dari Jateng) dan Syafi’i Latuconsina (Pakar Agrobisnis). [Heri CS]

Berikut diskusinya: