Mendorong Kampanye Berkualitas Berbasis Adu Ide dan Program

Semarang, Idola 92.6 FM – Saat ini, tahapan Pemilu presiden 17 April 2019 memasuki fase kampanye. Meskipun sudah dimulai, sebagian besar publik belum tahu visi, misi, dan program pasangan calon. Ruang publik kini justru dipenuhi komodifikasi politik sejumlah isu dan saling serang antarkubu yang berkontestasi.

Namun, sayangnya, hampir sebulan sejak masa kampanye pemilu presiden dimulai 23 September 2018, publik belum memperoleh informasi serta gambaran tentang visi, misi, dan program setiap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang ikut kontestasi.

Berdasarkan jajak pendapat harian Kompas (15/10/2018), mayoritas responden menyatakan tidak mengetahui visi, misi dan program setiap pasangan. Hanya 15,8 persen responden yang menyatakan mengetahui visi,misi dan program keseluruhan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Sementara itu, terkait visi, misi, dan program pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, tak lebih dari 11,6 persen responden yang menyatakan mengetahuinya.

Dari hasil jajak pendapat ini, kita melihat, visi, misi, dan program dari kedua pasangan kandidat seolah tertutup oleh aksi saling serang dan menggoreng isu melalui sejumlah pernyataan di berbagai media. Padahal, publik melihat ada berbagai persoalan bangsa yang harus dihadapi dan butuh solusi konkret dari para kandidat untuk menghadapinya. Persoalan yang disebut publik itu terutama masalah ekonomi, seperti harga bahan pokok, stabilitas nilai tukar rupiah, dan lapangan pekerjaan. Persoalan lain adalah kesejahteraan sosial, penegakan hukum, serta politik dan keamanan.

Lantas, jelang pemilu presiden,bagaimana mendorong kampanye berkualitas berbasis ide—bukan saling serang antar-kubu? Apa sesungguhnya yang membuat “goreng-menggoreng” isu lebih sering dipakai antarkubu ketimbang kampanye adu gagasan dan program? Seberapa signifikan komodifikasi isu terhadap setiap calon akan memengaruhi pilihan publik di bilik suara?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Titi Anggraini (Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem)) dan Airlangga Pribadi Kusman (Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga/ Direktur The Initiative Institute). [Heri CS]

Berikut diskusinya: