Perairan di Teluk Balikpapan Tercemar, Bagaimana Mestinya Negara Menyikapi Hal ini?

Semarang, Idola 92.6 FM – Baru-baru ini, Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menuliskan cuitan terkait tercemarnya perairan di Teluk Balikpapan. Cuitan itu ia posting di akunnya @Sutopo_PN pada Rabu (4/4/2018).

Dalam postingannya, Sutopo juga menunjukkan video kondisi laut Balikpapan yang tercemar minyak. Terkuak, bahwa penyebab tumpahan minyak itu adalah putusnya pipa penyalur minyak mentah milik Pertamina di Teluk Balikpapan. Terdata, akibat dari tumpahan minyak tersebut sebanyak 5 nelayan meninggal dunia, 60 km pantai tercemar, 34 hektar hutan mangrove terdampak, dan matinya ikan-ikan di perairan tersebut.

Terkait insiden memprihatinkan ini, Sutopo menyanyangkan kurangnya blow-up media nasional terhadap kasus tersebut. Dia menyebut, dampak tumpahan minyak di Teluk Balikpapan yang luas dan merusak ekosistem laut ini justru kalah pemberitaanya dibanding berita temuan cacing pita dalam kaleng sarden dan puisi Sukmawati Soekarno Putri.

Apa yang dicurhatkan Sutopo sesungguhnya menjadi fenomena jurnalisme yang dipraktikkan sebagian besar industry media kita saat ini. Sebuah sensasi lebih mendapat porsi lebih ketimbang berbagai persoalan bangsa yang mestinya juga dikedepankan karena itu sesungguhnya mendesak di-blow-up agar segera dapat dicarikan solusinya.

Contoh lain potret jurnalisme sensasi adalah ekspose media pada sosok selebritas Syahrini ketika menjadi saksi kasus penipuan First Travel Senin (2/4/2018) lalu. Selain menonjolkan kehadiran Syahrini, beberapa media seolah kompak memberitakan apa yang melekat di badannya, yang konon bernilai 12 miliar rupiah. Mulai dari kacamata, jaket, legging, baju, arloji, hingga tasnya. Betapa lebay-nya, bukan?

Substansi dari hasil pengungkapan kasus penipuan yang merugikan ratusan orang justru terdistorsi oleh semua hal bertema Syahrini.

Luas Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan Capai 12.987 Ha (photo: detik)

Lantas, berkaca pada kasus pencemaran perairan di Teluk Balikpapan, bagaimana mestinya pemerintah bersikap? Upaya apa yang mesti dilakukan pemerintah untuk mencegah agar hal itu tak terjadi di daerah lain? Di sisi lain, bagaimana pula peran media dalam menyuarakan dan keberpihakannya terhadap isu yang berdampak langsung pada publik, seperti lingkungan perairan di Balikpapan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, nanti kita akan berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Ade Armando (ahli Komunikasi UI) dan Yudi Tobs (koordinator Koalisi Masyarakat Peduli Tumpahan Minyak Balikpapan (KMPTN)). [Heri CS]

Berikut diskusinya: