Di balik tim tangguh ada pelatih yang hebat yang bisa memotivasi line upnya. Oscar Tabarez, sosok pelatih di balik tim Uruguay bahkan disebut sebagai dogma bagi timnya. Sementara, Stanislav Cherchesov sang pelatih tim rusia disebut sukses memompa PD anak asuhnya. Bagaimana jalannya match dua tim ini di bawah komando masing masing pelatihnya? Apa kata Gi bol soal pertandingan ini? Ikuti Zabivaka – Pentas Piala Dunia Edisi “Sbornaya vs Los CharrĂșas“

Kalau ingin jadi pelatih sepakbola yang hebat, jangan cuma tahu soal sepakbola. Itulah kata kata yang tak akan pernah di lupakan seorang Jose Mourinho. Di hari pertama kuliah di Universidad de Educacion Fisica de Lisboa, ia berkata pada dosennya. “Aku sedang belajar menjadi pelatih sepakbola, dan aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan di kelas Anda.” Sang dosen menjawab: “Kalau kamu mau jadi seorang pelatih yang hebat, kamu tidak boleh cuma tahu tentang sepakbola.”

Ini cerita lain. 21 November 2011 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, di final SEA Games. Para pemain Malaysia terlihat tegang di ruang ganti. Di luar, 80 ribu suporter Indonesia sedang menunggu mereka dengan garang. Sang pelatih, Ong Kim Swee tahu dia harus melakukan sesuatu. Dengan backsound sorak-sorai penonton yang menembus dinding-dinding tebal stadion, dia mulai berbicara dengan keras: “Mereka tak menghormati kalian, mereka tak menghormati bendera kita, mereka tak menghormati raja kita dan mereka tak menghormati orangtua kalian ….” Kim Swee menarik nafas, lalu melanjutkan, “Jika kalian membiarkan itu terjadi, maka kalian sama saja pengecut. Kalian harus tunjukkan pada mereka bagaimana rasanya menjadi orang Malaysia.” Dan malam itu, Malaysia U-23 yang dipimpin Kim Swee membungkam publik Senayan dan tim sepakbola malaysia meraih medali emas.

Semua pelatih tahu tentang sepakbola, perbedaannya ditentukan di bidang lain. Dan malam ini, ada dua sosok pelatih yang akan membuktikan siapa yang lebih baik.

Pelatih rusia Stanislav Cherchesov harus bisa menjaga PD tim. Sebelumnya, tim Sbornaya memang mendapatkan tekanan media karena memiliki prestasi yang buruk. Mereka gagal meraih kemenangan dalam tujuh pertandingan terakhir sejak delapan bulan lalu dan terperosok dalam ranking ke-70 dunia. Posisi ini merupakan yang paling rendah dalam 32 tim yang beraksi di Piala Dunia, Tidak heran jika media Rusia menjadikan kondisi timnya sebagai bahan pemberitaan utama. Namun, Tim beruang merah berhasil membungkam pengkritiknya dengan sempurna. Rusia membungkam Arab Saudi 5-0 pada laga perdana Grup A, sekaligus partai pembuka Piala Dunia 2018. Presiden Rusia Vladimir Putin pun langsung menelepon pelatih Stanislav Cherchesov untuk mengucapkan selamat.

Di tim sebelah, ada nama Oscar Tabarez sang pelatih Uruguay. Uruguay adalah negara dengan wilayah yang kecil dengan populasi sekitar tiga juga orang. Tapi sepakbola membuat Uruguay bertaring. Mereka memenangi sejumlah kejuaraan seperti Copa America 1916 dan 1917. Uruguay pun pernah meraih medali emas Olimpiade 1924 dan 1928. Prestasi paling termahsyur adalah ketika Uruguay memenangi Piala Dunia perdana pada 1930 dengan status sebagai tuan rumah.

Setelah gagal lolos ke Piala Dunia 2006, Uruguay menunjuk Oscar Tabarez sebagai pelatih. Sejak 10 tahun itulah Uruguay kembali menjadi layaknya singa yang kembali menunjukan taringnya. Uruguay kembali ke Piala Dunia pada 2010 di Afrika Selatan dan langsung mencapai semifinal, sehingga menjadi kekuatan yang kembali ditakuti seperti awal 1900-an sampai 1950-an.

Sebelum mengambil alih Uruguay pada 2006 silam, Tabarez kritis kepada sepakbola negaranya. Tabarez banyak mengomentari tema globalisasi dalam sepakbola dan dampaknya untuk Uruguay. Tuntutannya selama itu hanya satu: kompetisi domestik Uruguay tidak lagi kompetibel di kelas atas internasional. Hasilnya, muncul berbagai anggapan bahwa para pemain Liga Uruguay belum tentu kompeten untuk timnas negara itu sendiri. Maka dari itulah Tabarez gemar menyelipkan beberapa pemain dari Liga Uruguay itu sendiri.

Hal itulah yang membuat Uruguay terbentuk sebagai skuat yang sulit dikalahkan lawan-lawannya. Tapi pada intinya kriteria itu dituntut dengan rasa pentingnya membela kesebelasan negaranya sendiri. Sebab Tabarez adalah dogma. Uruguay saat ini adalah cerminan dari pelatihnya, Tabarez. Ia adalah sepakbolanya Uruguay karena membangun kembali kesuksesannya dan julukan El Maestro layak didapatkan Tabarez. Uruguay sempat tidak mampu membuat keyakinan, tapi ia terus memaksa negaranya itu terus membuat terlibat dalam sepakbola dunia dan mencetak sejarah.

Jadi, siapa yang akan lebih mampu memberi dorongan eksternal lebih kuat pada line up ? kita tunggu saja! Sementara itu, bagaimana serunya komentar para gi bol alias gila bola atas game nanti malam yang mempertemukan tim tuan rumah melawan tim uruguay? (donas)

Artikel sebelumnyaLes Lions de la Teranga vs The Blue Samurai
Artikel selanjutnyaJateng Siap Laksanakan Pilkada Serentak 2018