Kenapa Indonesia Masih Belum Dilirik Investor Asing? Apa yang Kurang dengan Indonesia? Apa Problemnya?

Semarang, Idola 92.6 FM – Presiden Joko Widodo kembali menampakkan kekecewaan dan kegundahannya pada jajaran pemerintahannya. Baru-baru ini, presiden mengeluhkan mengapa Indonesia kurang dilirik investor. Berdasarkan catatan Bank Dunia, dua bulan lalu, terdapat 33 perusahaan di Tiongkok yang hengkang untuk mengembangkan investasi. Sebanyak 23 memilih berinvestasi ke Vietnam, dan 10 lainnya memilih ke Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Artinya, tak ada satu pun dari 33 perusahaan yang melirik untuk berinvestasi ke Indonesia.

Jokowi dan siapapun yang menjadi presiden akan kecewa. Sebab, Indonesia sudah digadang-gadang menjadi calon kekuatan ekonomi baru. Bahkan sejumlah pihak memperkirakan Indonesia bisa masuk 10 besar kekuatan ekonomi dunia pada 2030. Dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara lain, Indonesia relatif memiliki modal yang lengkap baik potensi Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia-nya.

Saat ini Indonesia tengah menyongsong puncak Bonus Demografi–di mana lebih dari 50% populasi merupakan penduduk usia produktif di bawah 30 tahun. Namun modal itu ternyata tidak cukup di mata investor. Justru Vietnam yang kini menjelma sebagai primadona baru.

Vietnam mencatatkan pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI) sebesar 74,16% sejak 2014-2018. Jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 16,79%. Pada 2014-2018, kontribusi FDI ke Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tercatat rata-rata di angka 3,98% sedangkan Vietnam di angka 5,94%. Sejauh ini, Indonesia dan Vietnam memiliki investor asing strategis yang sama yaitu China, Jepang, Hong Kong, serta Singapura.

Maka, kita pun bertanya-tanya, mengapa investor asing sekarang lebih melirik Vietnam daripada Indonesia? Itu yang akan kita diskusikan pagi ini. Selain itu, apa yang mesti kita evaluasi dan perbaiki—agar daya saing kita lebih baik dibanding negara lain di kawasan? Terobosan apa yang mesti segera kita lakukan agar kita tidak semakin tertinggal?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni Adhi S Lukman (Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI)) dan Andry S Nugroho (peneliti Institute for Development of Economics And Finance (INDEF)). (Heri CS)

Berikut diskusinya: