Menanti Jiwa Ksatria dan Pendekar pada Diri Para Elite Politik Pasca Pemilu 2019

Semarang, Idola 92.6 FM – Suasana politik yang dinamis terasa di tengah proses rekapitulasi suara hasil Pemilu 2019. Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan jiwa ksatria dan pendekar seperti yang ditulis Prabowo Subianto di laman facebooknya hampir lima tahun lalu. Status Prabowo itu berbunyi: “Sejak awal saya katakana, pesaing kita adalah saudara kita juga. Memang ada pihak-pihak yang penuh kebencian, prasangka buruk, keserakahan, dan jiwa yang curang. Tapi ingat,dari awal saya menganjurkan kepada pendukung saya, sahabat-sahabat saya, apa yang saya tuntut dari diri saya sendiri yaitu berjiwalah sebagai seorang kstaria, seorang pendekar.”

Kutipan di atas adalah bagian dari pesan yang diunggah calon presiden Prabowo Subianto di laman Facebook-nya pada 17 Oktober 2014. Prabowo menulis pesan itu beberapa saat selepas ia bertemu Jokowi-lawan politiknya di Pilpres 2014. Saat itu, Jokowi sudah ditetapkan sebagai pemenang pilpres dan akan dilantik sebagai Presiden RI periode 2014-2019. Lalu, kini, kita melihat, pasca Pemilu 2019, 17 April lalu, kita menyaksikan, masih begitu sulitnya mencari elit yang memiliki jiwa ksatria dan pendekar. Ada apa? Apa sesungguhnya prasyarat menjadi seorang elit politik yang berjiwa ksatria dan pendekar? Lebih dominan mana, faktor internal atau eksternal yang membuat elit, kemudian begitu sulit memiliki jiwa ksatria? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Pengamat Politik dari UGM Yogyakarta Wawan Mas’udi,Ph.D. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: