Pemprov Siap Mediasi Petani Tembakau di Jateng Terkait Kenaikan Cukai Rokok

Gubernur Ganjar Pranowo saat menerima kunjungan dari APTI Jateng terkait rencana kenaikan cukai tembakau, kemarin.
Gubernur Ganjar Pranowo saat menerima kunjungan dari APTI Jateng terkait rencana kenaikan cukai tembakau, kemarin.

Semarang, Idola 92.6 FM – Pemprov Jawa Tengah siap memfasilitasi Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), terkait rencana kenaikan cukai tembakau sebesar 23 persen yang diberlakukan tahun depan.

Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan sebenarnya, kenaikan cukai itu akan diberlakukan tahun kemarin tetapi ditunda. Sehingga, pemprov menyarankan kepada APTI untuk beraudiensi dengan kementerian terkait rencana kenaikan cukai.

Menurutnya, rencana kenaikan cukai itu mempunyai dampak pada penurunan harga tembakau.

Ganjar menjelaskan, pemprov akan membantu petani tembakau di Jateng untuk bisa beraudiensi dengan kementerian terkait rencana tersebut. Sehingga, nantinya bisa menjadi bahan pertimbangan.

“Sebaiknya mereka bisa beraudiensi dengan kementerian. Karena ternyata, dengan kenaikan itu sekarang terjadi penurunan harga tembakau. Begitu itu diumumkan kenaikan cukai, harga tembakau langsung turun. Maka, baik juga kalau mereka kemudian bisa berkomunikasi untuk bisa memberikan kejelasan apa sih dampak negatif dan positifnya terhadap para petani tembakau. Sehingga, nanti akan kita teruskan kepada kementerian, agar menjadi bahan pertimbangan,” kata Ganjar, kemarin.

Ketua APTI Jateng Wisnu Brata menambahkan, dengan rencana kenaikan cukai itu membuat harga tembakau di tingkat petani mengalami penurunan antara 10-15 persen.

Menurutnya, untuk tembakau jenis grade D saja dari Rp80 ribu per kilogram turun menjadi Rp70 ribu per kilogram. Sedangkan tembakau jenis grade C, dari harga Rp55 ribu per kilogram menjadi Rp45 ribu per kilogram.
“Ini kan merugikan petani. Kami minta pak gubernur bisa menyampaikan ke pemerintah pusat, soal keluhan petani ini,” ujar Wisnu.

Wisnu menyebut. Keputusan menaikkan cukai tembakau merupakan langkah mundur yang berdampak pada matinya ratusan industri nasional hasil tembakau. Terutama, industri rokok kretek. (Bud)