Dinperindag Jateng Akan Cari Cara Untuk Awetkan Komoditas Yang Mudah Busuk

Petani usai memanen tomat
Petani usai memanen tomat.

Semarang, Idola 92,6 FM – Dinperindag Jawa Tengah menyebutkan, selama ini baru ada dua komoditas yang bisa tertangani untuk proses pengawetan di saat panen melimpah. Yakni cabai dan bawang merah dengan proses ozon, sehingga bagi komoditas yang mudah busuk lainnya akan coba dicari cara untuk bisa lebih tahan lama.

Kepala Dinperindag Jateng Arif Sambodo mengatakan beberapa produk pertanian, sebenarnya sudah bisa diawetkan ketika masa panen raya tiba. Yang saat ini sudah berjalan adalah komoditas cabai di Kabupaten Magelang dengan sistem ozon, dan bawang merah di Brebes lewat gudang penyimpanan bantuan dari Bulog.

Arif menjelaskan, saat ini yang sedang mengalami keterpurukan adalah petani tomat dan kol karena harga jatuh saat masuk panen raya. Sementara, belum ada sistem atau cara yang membuat komoditas itu bisa diawetkan dalam jangka waktu tertentu saat masa panen.

Menurutnya, untuk sementara waktu dalam upaya membantu petani adalah para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemprov Jateng membeli produk pertanian langsung dari petani. Hingga awal September 2020 kemarin, tercatat sudah ada lebih dari 4.300 paket komoditas pertanian yang dibeli ASN pemprov.

“Komoditas yang harganya masih rendah itu seperti tomat dan kol. Masalahnya klasik ya, ditambah kondisi COVID-19 sekarang ini. Dan ini saat panen, tapi permintaan tidak seperti biasanya,” kata Arif, kemarin.

Terpisah, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Soekowardojo menyatakan bahwa kondisi ini menjadi perhatian serius pihaknya. Karena, BI juga menjadi bagian dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

Menurutnya, TPID Jateng biasanya turun ketika harga komoditas terjadi kenaikan di atas harga psikologis pasar.

“Kita tahu TPID itu tugasnya stabilisasi harga. Pada saat sekarang pada saat harga turun, harus bagaimana kita. Ini menjadi PR besar kita. Kita tahu harga kol sekarang Rp500 per kilogram, ini murah sekali. Jadi, pada saat panen melimpah daya beli melemah ini menjadi persoalan,” ujar Soekowardojo.

Oleh karena itu, lanjut Soekowardojo, pihaknya akan mencoba mengatasi persoalan harga di tingkat petani turun di masa pandemi sekarang ini. (Bud)