Mengkalkulasi Kemerosotan Harga Minyak Dunia akibat Pandemi Corona

Harga Minyak Dunia Turun

Semarang, Idola 92.6 FM – Banjir pasokan memunculkan skenario terburuk harga minyak mentah pada sejumlah tingkatan (grade) anjlok ke bawah US$0 per barel. Artinya, pembeli cuma perlu mengeluarkan ongkos angkut sementara komoditas minyak dapat diambil secara cuma-cuma alias gratis.

Harga minyak mentah jatuh ke posisi terendah dalam dalam beberapa waktu terakhir. Sebab, permintaan anjlok karena semua aktivitas manusia terhenti di tengah pandemi virus corona. Jalan raya kosong dan banyak maskapai memutuskan untuk tidak melayani penerbangan. Bahkan, mengutip Bloomberg News yang dilansir CNN, harga minyak mentah Wyoming baru-baru ini jatuh hingga negatif 19 sen per barel.

Pada beberapa kasus, kapasitas penyimpanan yang kurang membuat produsen minyak perlu membayar pihak lain untuk mengambil alih produksi minyaknya. Di sisi lain, pasokan minyak tetap mengalir di tengah perseteruan Arab Saudi dan Rusia terkait pengurangan produksi minyak. Rusia diketahui menolak memangkas produksi dalam pertemuan OPEC+ pada awal Maret lalu. Imbas perseteruan itu, kedua negara justru menyatakan akan meningkatkan produksi serta melakukan perang harga. Sementara itu, AS tak memberikan tidak memberikan sinyal penurunan produksi. Kondisi tersebut menandakan banjir pasokan minyak mentah.

Sementara, Komisioner Ombudsman RI Alvin Lie, melihat fenomena ini, dirinya mempertanyakan, kapan pemerintah menurunkan harga BBM? Sebab, harga minyak mentah dunia sudah berada di bawah 11 US Dollar per barrel?

Lantas, mengkalkulasi kemerosotan harga minya dunia akibat pandemi corona–akankah ini akan mencapai pada skenario terburuk alias minus? Lantas, Apa Implikasinya? Bagaimana pula mestinya pemerintah menyikapi hal ini? Mestikah turut menurunkan harga BBM di pasaran? Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang mewawancara Direktur Eksekutif Institute for development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad. (Heri CS)

Berikut podcast wawancaranya: