Bagaimana Mengukur Jarak Antara Penghayatan dan Pengamalan Pancasila?

Refleksi Hari Lahir Pancasila 2021

Pancasila
ilustrasi/kesmas.id

Semarang, Idola 92.6 FM – Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni kemarin masih dilaksanakan di tengah Pandemi Covid-19. Ini seolah menjadi momen yang menguji daya juang Indonesia sebagai bangsa dalam perang sunyi melawan musuh bersama, bernama corona dan mutasi varian barunya.

Ini tentunya semakin menguji seberapa warga bangsa mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai “Philosophische Grondslag”—tidak hanya Pancasila yang indah dalam untaian kata-kata dan hafalan di luar kepala, namun seberapa merasuk ke dalam penghayatan dan jatidiri kita semua. Pancasila sebagai ideologi bangsa yang sarat nilai persatuan dan gotong royong juga menjadi modal untuk saling menguatkan dalam menghadapi kemelut multidimensi bangsa ke depan.

Setiap tahun, Pancasila diperingati, setiap insan dan institusi dituntut kesetiaan dan dukungannya. Tetapi, sudahkah segenap elemen bangsa cukup menghayati dan mengamalkannya? Bagaimana pula, mengukur jarak antara penghayatan dan pengamalan Pancasila?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Siswono Yudo Husodo (Politisi Senior); Agus Wahyudi, PhD (Ketua Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Yogyakarta); dan Arsul Sani (Wakil Ketua MPR RI). (her/yes/ao)

Dengarkan podcast diskusinya: