Unicef Bersama Akatara JSA Ajak Pesantren Suara Pesan Kebaikan

Edi Nurwahyu Julianto
Dosen Strategi Media Online USM Edi Nurwahyu Julianto saat memberikan materi tentang pembuatan konten kreatif di media sosial kepada santri pondok pesantren.

Semarang, Idola 92,6 FM – Unicef bersama Akatara Jurnalis Sahabat Anak menggandeng sejumlah pondok pesantren di wilayah Semarang Raya, mampu memproduksi konten kebaikan melalui media sosial. Terlebih lagi, saat ini sudah banyak pesantren yang adaptif dengan teknologi dan digitalisasi.

Communication for Development Officer Unicef di Indonesia Emeralda Aisha mengatakan saat ini juga sedang marak terjadi kekerasan di lingkungan pendidikan, tidak terkecuali di pondok pesantren. Pernyataan itu dikatakannya secara virtual dalam kegiatan Penyebaran Pesan Baik Dari Dalam Pesantren, kemarin.

Aisha menjelaskan, dalam upaya mencegah tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan bisa diinisiasi dengan membuat konten-konten positif di media sosial. Sudah saatnya, para santri bisa menjadi influencer untuk lingkungan sekitarnya.

Menurutnya, pondok pesantren dapat mengupayakan pencegahan tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan dengan menyebarkan konten-konten positif di media sosial.

“Pesantren-pesantren yang ramah bagi anak dan juga seluruh santrinya, sehingga santri-santri yang ada di pesantren dan anak-anak lainnya juga menyenangkan. Tumbuh di pesantren melewati masa-masa yang aman, nyaman dan menyenangkan. Selain itu juga dapat terus berprestasi, baik dalam belajar maupun kemampuan-kemampuan lainnya,” kata Aisha.

Dosen Strategi Media Online USM Edi Nurwahyu Julianto menambahkan, pesantren bisa berkontribusi menyebarkan pesan kebaikan dengan memproduksi konten-konten kreatif. Sehingga, tidak hanya terkotak pada mengisi ruang dakwah atau kemaslahatan saja tetapi bisa ikut menyebarkan pesan kebaikan.

Menurutnya, konten baik tidak harus kaku seputar hadist tetapi juga hal lain dalam upaya pencegahan tindakan kekerasan di dalam pesantren.

“Kalau kita bicara konten itu sebenarnya enggak harus terkotak-kotak pada segmen tertentu, tergantung pada pesan utama apa yang ingin kita create. Saatnya para pesantren itu memberi informasi kepada publik, bahwa di pesantren masih banyak hal-hal positif dan baik yang bisa di-create,” ujar Edi.

Lebih lanjut Edi berharap, santri-santri yang mendapat pelatihan tentang konten baik di media sosial bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, pesan baik akan terus tersebar melalui media sosial. (Bud)