Gelombang PHK Melanda Industri Start-Up, Adakah Jalan Setapak yang Bisa Dilalui untuk Menyelamatkannya?

Layoff
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Industri digital hingga start up, kini tengah menghadapi masa-masa sulit. Dalam beberapa waktu belakangan, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) menimpa karyawan perusahaan teknologi, mulai dari yang berstatus decacorn hingga startup kelas menengah.

Setidaknya ada 23 startup yang melakukan PHK di Indonesia sejak awal tahun. Total karyawan yang di-PHK mencapai ribuan. Namun pengamat menilai, ini belum mencapai ‘puncaknya’. Yang terbaru, unicorn finansial teknologi di bidang investasi Ajaib, melakukan PHK terhadap 67 pegawai. Alasannya, sama seperti Ruangguru, GoTo maupun Shopee Indonesia, yakni kondisi makro ekonomi.

Selain GoTo, Shopee, dan Ruangguru, perusahaan teknologi papan atas yang melakukan PHK massal adalah: Tanihub, Carsome, dan Grab Kitchen. Mereka mewakili startup kelas menengah.

Tak kalah banyaknya pula startup yang telah gulung tikar karena dihantam kerasnya persaingan dan modal yang semakin menipis. Salah satu contohnya adalah startup e-commerce meubel, Fabelio, yang dinyatakan pailit oleh pengadilan pada Oktober lalu.

Menurut sejumlah analisis, gelombang PHK yang menimpa startup dipicu banyak persoalan. Mulai dari resesi di negara-negara maju yang membuat likuiditas semakin ketat sehingga arus modal dari investor pun tersendat.

Di sisi lain, para investor menuntut perusahaan digital agar segera untung. Saat modal kian seret, perusahaan-perusahaan ini tak mampu menekan tingginya biaya operasi, terutama untuk infrastruktur teknologi. Maka, pilihannya, pemangkasan jumlah pekerja, menjadi jalan bagi mereka agar tetap hidup.

Lalu, ketika gelombang PHK massal melanda industri Startup, adakah “jalan setapak” yang bisa dilalui untuk menyelamatkan mereka? Haruskah mereka dibiarkan “menemukan takdirnya” masing-masing? Lalu, apa implikasinya bagi sektor riil Indonesia?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Nailul Huda (Pengamat StartUp/ Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Edward Ismawan Chamdani (Bendahara Amvesindo (Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia) dan Managing Partner Ideosource VC), dan Fithra Faisal Hastiadi (Ekonom Universitas Indonesia). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Artikel sebelumnyaBI Jateng Sebut 2023 Tulang Punggung Ekonomi Jateng Masih Ditopang Sektor Industri Pengolahan
Artikel selanjutnyaInvestasi Tahun Depan Diperkirakan Masih Terus Datang ke Jateng