Bagaimana Mencegah atau Setidaknya Meminimalkan Disinformasi Jelang Pemilu 2024?

Fake News
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Masa kampanye Pilpres 2024 sudah di depan mata. Mulai tanggal 28 November 2023, agenda kampanye Pemilu serentak termasuk Pilpres akan dimulai.

Berkaca dari pelaksanaan Pemilu-pemilu sebelumnya, di masa kampanye, publik akan kebanjiran berita-berita tentang para kontestan baik yang mereka dukung maupun tidak. Pada derajat tertentu/ berbagai berita tentang para kontestan sangat berguna bagi pemilih untuk menimbang–mana calon yang lebih layak untuk “diberi suara” dan mana yang tak memenuhi kriteria.

Dalam hal ini, Media menjadi sumber informasi penting yang diperlukan calon pemilih. Untuk melacak rekam jejak, program kerja, dan latar belakang sosial para caleg, maupun pasangan capres-cawapres.

Namun, di sisi lain, berbagai berita yang beredar tidak selamanya positif, valid, dan dapat dijadikan rujukan dalam memilih. Di masa kampanye, disinformasi banyak beredar yang sangat memengaruhi pemilih.

Dilansir Kompas.id (16/11), merujuk tulisan Kapantai dan kolega yang dipublikasi di News Media & Society (2020), disinformasi adalah: semua bentuk informasi yang salah, tidak akurat, atau menyesatkan, yang sengaja dibuat dan disebarkan untuk merugikan publik atau untuk mendapat keuntungan tertentu.

Di masa pemilu, disinformasi dibuat dan disebarkan untuk mendukung “Junjungannya” sekaligus untuk mendiskreditkan “pesaingnya”. Kita mengenal disinformasi dalam bentuk berita palsu, berita bohong, atau hoaks. Selain disinformasi, terdapat pula misinformasi, yang berarti informasi salah yang tidak sengaja dibuat/ tetapi juga bisa memengaruhi pemilih.

Penyebaran disinformasi dan misinformasi cukup mengkhawatirkan saat pemilu karena adanya media sosial dan aplikasi pengiriman pesan, yang memudahkan penyebarannya.

Lalu, bagaimana mencegah atau setidaknya meminimalkan disinformasi jelang Pemilu 2024?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni Artika Farmita (Trainer GNI-AJI dan Jurnalis Tempo), Ismail Fahmi (Founder of Drone Emprit and Media Kernels Indonesia), dan Muhammad Farhan (Anggota komisi I DPR RI dari Fraksi Nasdem). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: