Kasus Stunting di Perkotaan Masih Menjadi ancaman, Bagaimana Mengatasinya?

Stunting di perkotaan
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan angka prevalensi stunting turun dari 24,4 persen menjadi 21,6 persen. Penurunan ini tentu perlu diapresiasi karena berarti Indonesia tinggal kurang 1,6 persen dari ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen.

Merujuk pada Kompas (10/04), di balik pencapaian tersebut terdapat sejumlah potensi masalah. Berdasarkan pembedahan data hasil SSGI tahun 2021 dan 2022, tidak semua wilayah mengalami penurunan prevalensi. Bahkan, ada sejumlah daerah yang bertambah buruk dari tahun ke tahun.

Persoalan ini semakin pelik jika menyadari bahwa Sebagian daerah itu terdapat di wilayah perkotaan. Pelik, karena wilayah perkotaan memiliki akses yang relatif lebih mudah terhadap fasilitas dan layanan kesehatan daripada perdesaan.

Maka, apa penyebabnya? Bagaimana cara mengatasinya? Siapa saja yang mesti bekerjasama bahu-membahu untuk mengatasinya?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo dan Ketua Pusat Kajian Gizi & Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ahmad Syafiq Ph.D. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: