Belajar dari Insiden Kecelakaan Dua Kereta Api di Jawa Barat: Apa Faktor Pemicunya dan Bagaimana agar Tak Terulang Kembali?

Tabrakan Kereta Turangga dan Commuterline Bandung Raya
Tabrakan Kereta Turangga dan Commuterline Bandung Raya. (Photo/Istimewa)

Semarang, Idola 92.6 FM – Tabrakan maut yang melibatkan dua rangkaian kereta api, Turangga dan Commuterline Bandung Raya, terjadi di Bandung, awal tahun 2024. Insiden ini begitu tragis dan mengejutkan publik. Tragedi ini menewaskan empat orang serta menyebabkan puluhan luka-luka.

”Adu banteng” dua kereta di petak jalan Cicalengka-Haurpugur, Kabupaten Bandung itu—mirip tragedi tabrakan kereta api di Bintaro, 19 Oktober 1987. Saat itu tabrakan memakan korban jiwa 156 orang dan 300 orang lainnya luka-luka.

Mengejutkan dan sangat mengecewakan karena sudah cukup lama perjalanan kereta api aman-aman saja. Selain itu, layanan kereta api sebenarnya termasuk moda transportasi yang paling aman jika dibandingkan dengan alat transportasi darat dan laut—karena kereta api memiliki aturan keselamatan yang berlapis-lapis.

Penggandaan komponen prosedur keselamatan—sebagaimana juga diterapkan dalam pengoperasian pesawat terbang—diberlakukan pada kereta api untuk meningkatkan keandalannya.

Lalu, belajar dari Insiden Kecelakaan Dua Kereta Api yakni KA Turangga dan Commuterline Bandung Raya di Bandung Jawa Barat; apa faktor pemicunya dan bagaimana agar tak terulang kembali?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Akademisi Prodi Teknik Sipil Soegijapranata Catholic University dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: