Menyoroti Tragedi Kecelakaan Bus Rombongan SMK Lingga Kencana Depok

Kecelakaan Bus Rombongan SMK Lingga Kencana Depok
Bus pariwisata dengan nomor polisi AD 7524 OG ini terguling diduga akibat rem blong. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) ungkap ada 2 penyebab kecelakaanmaut bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok. (Photo/Istimewa)

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam satu dasa warsa terakhir, ratusan nyawa melayang akibat kecelakaan bus di jalan raya. Dilansir dari Kompas.id (13/05/2024). Berdasarkan data harian Kompas, sedikitnya ada 172 kecelakaan yang melibatkan bus di jalan raya. Dari kecelakaan itu, sebanyak 629 orang tewas, dan ratusan lainnya luka-luka.

Terbaru, tragedi rombongan bus SMK Lingga Kencana Depok yang mengalami kecelakaan Sabtu lalu di Jalan Raya Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dan menewaskan 11 orang. Peristiwa ini menambah panjang daftar kecelakaan yang menelan korban jiwa.

Sebanyak 172 kecelakaan bus itu terjadi pada rentang 2014-2023. Kecelakaan itu merupakan kecelakaan tunggal dan melibatkan kendaraan lain. Peristiwa terbaru, yakni di Jalan Raya Ciater, tepatnya sekitar 7 Kilometer sebelah utara pintu masuk destinasi wisata Gunung Tangkubanparahu, menambah panjang duka di atas roda bus. Pihak KNKT saat ini masih menerjunkan tim untuk menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut.

Secara umum dari waktu ke waktu, unsur kelalaian manusia mendominasi pemicu kecelakaan. Namun, di sisi lain kelalaian perusahaan otobus juga patut digugat karena sebagai pengelola armada, mereka harus menjamin kelaikan sarana transportasinya apalagi dalam kasus tragedi Subang ini, bus yang ditumpangi rombongan SMK Lingga Kencana Depok, tidak punya izin angkutan.

Dari data yang dihimpun Kompas, sejak 2014-2023–penyebab kecelakaan bus didominasi oleh kelalaian sopir, mulai dari mengantuk, ugal-ugalan, hingga sopir yang terserang penyakit tiba-tiba. Namun, beberapa kasus juga menunjukkan dugaan moda transportasi yang tidak laik jalan.

Lalu, menyoroti tragedi kecelakaan bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok: Apa langkah untuk mencegah agar hal yang sama tidak terulang lagi dan lagi? Masih relevankah program study tour atau wisata yang diselenggarakan sekolah ketika rata rata anak, orang tuanya mempunyai kendaraan pribadi?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, nanti kami akan berdiskusi dengan narasumber, yakni: Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno dan Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: