Bagaimana Memotivasi dan Menguatkan Optimisme untuk Mengurangi Keresahan Publik di Tengah Pandemi Corona?

Ilustrasi Rapid Test

Semarang, Idola 92.6 FM – Ketika sebagian negara-negara di dunia tengah berperang melawan Pandemi Corona, muncul kabar gembira dari China—yang merupakan pusat episentrum virus corona. China berada di ambang kemenangan dalam perang melawan virus corona.

Bahkan terkini, China melaporkan “nol kasus baru coronavirus” untuk pertama kalinya, seperti dikutip dari Bloomberg. Makanya, Rumah Sakit darurat di Kota Wuhan, yang dibangun untuk menangani pasien Covid-19, telah beberapa waktu lalu ditutup.

Orang-orang di China kini sudah mulai pergi bekerja, pabrik-pabrik beroperasi, dan sekolah di beberapa wilayah telah dibuka. Padahal satu hingga dua bulan lalu, puluhan hingga ribuan orang meninggal akibat virus corona. Itu berarti, seganas apapun virus corona bisa diatasi—selama ada keseriusan, kesigapan, dan kerjasama.

Kemarin, Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk menyegerakan pelaksanaan tes kilat atau rapid test Virus Corona yang dapat menjangkau lebih banyak masyarakat. Jokowi juga meminta agar alat tes serta tempat tesnya, diperbanyak, baik di rumah sakit (RS) pemerintah maupun swasta.

Ini tentunya kabar baik dan secercah harapan di tengah fase kritis corona. Karena sebelumnya, tes Corona hanya bisa dilakukan di RS-RS yang ditunjuk. Itupun tes mesti dilakukan lewat pemeriksaan darah, bukan tes swab atau pemeriksaan cairan tenggorokan.

Di sisi lain, pemerintah juga tengah membeli 500 ribu alat tes corona dari China. Waktu yang dibutuhkan pun cukup singkat yakni 15 menit hingga 3 jam. Jika hasil rapid test mengindikasikan seorang pasien positif tertular virus corona, maka ia dapat melanjutkan kepada tes laboratorium.

Lantas, di tengah bertambahnya jumlah orang yang positif terinfeksi virus Corona, bagaimana cara memperkuat narasi yang bernada positif dan optimistis, bukan malah mengamplifikasi kabar-kabar horor yang justru terdengar layaknya terror? Bagaimana cara memotivasi dan menguatkan optimisme―tanpa mengurangi kewaspadaan masyarakat? Atau sebaliknya, bagaimana mendorong masyarakat agar tetap waspada―tanpa harus kehilangan harapan?

Dan yang tak kalah penting, bagaimana cara merawat usaha-usaha kecil, agar tetap bisa memperoleh penghasilan di tengah social distancing yang sekarang diberlakukan? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu nanti kita akan berdiskusi dengan Rektor Universitas Indonesia Prof Ari Kuncoro. (Heri CS)

Berikut diskusinya: