Semarang, Idola 92.6 FM – Di tengah harapan dan optimisme munculnya vaksin Covid-19, terkini, masyarakat dunia dikagetkan dengan munculnya varian baru virus corona — yang konon dapat menyebar 70% lebih cepat dari sebelumnya. Sehingga, beberapa negara menutup bandaranya dari kunjungan orang yang berasal dari Inggris.

Mulai minggu lalu, negara-negara Eropa mulai dari Swedia, Italia, Belgia hingga Turki melarang penerbangan internasional dari dan ke Inggris. Bahkan, Prancis dan Belanda melarang orang dan barang termasuk dari jalur laut. Kebijakan itu diambil agar “strain” baru virus corona—penyebab Covid-19 tidak menyebar ke wilayah-wilayah lain di Inggris.

Sumber pemerintah Jerman bahkan mengatakan, pembatasan perjalanan udara dari Inggris, akan segera diadopsi di seluruh negara Uni Eropa. Pemimpin Uni Eropa Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Charles Michel mengadakan panggilan penting untuk membahas hal ini.

Corona Inggris (Ilustrasi ABC)
(Ilustrasi ABC)

Hal sama juga dilakukan Arab Saudi. Negeri itu kini menghentikan penerbangan internasional dan menangguhkan pelabuhan darat dan lautnya setidaknya selama seminggu. Hanya penerbangan yang sudah berada di Saudi saja yang diizinkan masuk.

Lantas, untuk memahami varian baru virus corona dari Inggris yang konon menular lebih gesit, bagaimana antisipasi yang mestinya dilakukan pemerintah untuk mencegah masuk ke Indonesia? Perlukah, Indonesia juga membatasi kedatangan penumpang dari Inggris seperti yang dilakukan negara-negara lain di Eropa?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr. Windhu Purnomo (Pakar Epidemiologi universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya); Didin Junaedi (Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI)); dan Prof Zubairi Djoerban (Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI)). (andi odang/her)

Dengarkan podcast diskusinya: