Mungkinkah Ekonomi Mulai Digerakkan Sambil Protokol Kesahatan Terus Diketatkan?

Ilustrasi

Semarang, Idola 92.6 FM – Memasuki 10 bulan Pandemi Covid-19 di Indonesia, Pemerintah menghadapi dilema yang tidak mudah. Dari sudut pandang Kesehatan, pandemi menuntut perhatian ekstra dari pemerintah; Mulai dari upaya tes, pelacakan, hingga isolasi guna memutus rantai penularan. Termasuk di dalamnya, upaya penegakan protocol kesehatan dan mengkampanyekan kepada masyarakat untuk disiplin melakukan 3 M.

Tetapi, di pihak lain, di sisi ekonomi, pemerintah juga tak bisa terus-terusan berdiam diri, karena mesti melakukan upaya memulihkan dan menumbuhkan. Apalagi mengingat banyak usaha yang menjadi kembang-kempis, dan munculnya ancaman tsunami pengangguran. Kita ketahui, saat pandemi Covid-19, sektor pariwisata adalah salah satu industri yang paling terpukul. Hal itu berdampak pada banyaknya penginapan dan hotel yang tutup dan industri pariwisata kolaps, karena pembatasan kerumunan dan belum terkendalinya Covid-19.

Maka, dalam kondisi ini, kita bertanya-tanya, mungkinkah sektor pariwisata mulai digerakkan sambil protokol kesahatan terus diketatkan? Bagaimana memastikan agar pemulihan ekonomi dan penanggulangan Covid-19 bisa berjalan beriringan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si. Ph.D (Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya); Maulana Yusran (Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia/ Sekjen PHRI); dan Bhima Yudhistira Adhinegara (Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)). (andi odang/her)

Dengarkan podcast diskusinya: