Bagaimana Menyiapkan Ekosistem Pendukung Pariwisata untuk Memenuhi Target 20 juta Wisatawan Mancanegara pada tahun 2019?

Semarang, Idola 92.6 FM – Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China, sektor pariwisata menjadi alternatif tumpuan mesin ekonomi baru bagi Indonesia. Artinya, di tengah kita saat ini mengalami defisit transaksi berjalan, pariwisata secara perlahan menjadi sektor untuk mendatangkan dollar AS ke dalam negeri dan menambah devisa bagi kita.

Pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas dinilai menunjukkan perkembangan yang positif dengan mulai masuknya investasi dan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara. Namun, agar target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2019 terwujud, perlu kerja sama semua pihak dan dukungan infrastruktur penunjang.

Hal itu terungkap pada diskusi media bersama Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) dan Kementerian Pariwisata di Jakarta beberapa waktu lalu. Ketua Tim Kelompok Kerja Bidang Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah S Thaib mengatakan, selain pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara (wisman), investasi mulai masuk—seperti di Mandalika senilai 2,1 miliar dollar AS dan Danau Toba Rp6,1 triliun.

Kementerian Pariwisata mencatat, jumlah wisman pada 2017 mencapai 14,4 juta orang. Naik dari tahun 2016 sebesar 12,02 juta orang. Sampai akhir tahun 2018, jumlah wisman ditargetkan meningkat menjadi 17 juta orang dan tahun depan 20 juta orang.

Lantas, bagaimana menyiapkan ekosistem dan infastruktur pariwisata sebagai upaya memenuhi target 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019? Dukungan seperti apa yang mesti diberikan dalam upaya mewujudkannya? Lalu, kebijakan seperti apa sebenarnya yang diperlukan pelaku wisata untuk mendorong pariwisata sebagai mesin ekonomi baru bagi Indonesia?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Indra Ni Tua (Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur Dan Ekosistem Pariwisata, Kementerian Pariwisata RI) dan Didin Junaidi (Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI). [Heri CS]

Berikut diskusinya: