Dinamika Koalisi Capres-Cawapres Jelang Pilpres 2019-Benarkah Koalisi tanpa Pijakan?

Semarang, Idola 92.6 FM – Seorang teoritis terkemuka dalam dunia politik David Apter mengemukakan, koalisi merupakan kumpulan individu atau kelompok sosial yang punya visi dan misi tersendiri–yang kemudian bergabung untuk tujuan bersama. Sehingga, visi dan misi semula masing-masing menjadi tersamarkan. Koalisi sosial akan runtuh dan terpecah apabila sudah mencapai apa yang menjadi tujuan bersama (koalisi)-nya, terlebih jika dikaitkan dengan distribusi kekuasaan dalam kelompok sosial-politik.

Jelang Pilpres 2019, kata koalisi begitu populer di telinga masyarakat. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir hingga jelang berakhirnya masa pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden, 10 Agustus lalu, manuver politik terus dilakukan para bakal calon dan partai politik. Terlihat persoalan utamanya adalah menentukan cawapres di dua kubu yang ada, baik di kubu petahana Joko Widodo maupun di kubu penantang Prabowo Subianto.

Pertanyaan mendasar yang muncul, apakah penentuan cawapres itu berdasarkan pijakan visi dan misi yang sama (kesamaan ideologis), ataukah murni hanya hitung-hitungan matematis-politis untuk dapat memenangi kontestasi? Demikian dikemukakan Indra Pahlevi- peneliti pada Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI dalam sebuah opini di sebuah harian nasional terkemuka baru-baru ini.

Sebelumnya, kita ketahui, Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden pada Pilpres 2019 mendatang. Ini seolah mengulangi rivalitas pada pilpres 2014 lalu. Namun, kali ini. Jokowi didampingi oleh Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden, sementara Prabowo didampingi oleh Sandiaga Uno.

Menurut Indra, kondisi ini menggambarkan betapa dinamisnya politik Indonesia kontemporer. Koalisi dimaknai hanya sebatas bergabungnya beberapa parpol untuk mengusung pasangan capres-cawapres yang sama meskipun tentu dalam prosesnya akan dilakukan pembahasan tentang visi misi pasangan capres dan cawapres tersebut.

Lantas, mencermati dinamika koalisi capres-cawapres Jelang Pilpres 2019, benarkah koalisi yang terjadi tanpa pijakan? Penentuan cawapres yang dilakukan, berdasarkan pijakan visi dan misi yang sama dan kesamaan ideologis ataukah justru murni hitung-hitungan matematis politis hanya untuk memenangi kontestasi? Pertanyaan lebih mendasar lagi, sudahkah dua pasang kandidat merepresentasikan tujuan besar negara ke depan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr Indra Pahlevi (peneliti pada Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI) dan Prof Dr Syamsuddin Haris, M.Si (peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI). [Heri CS]

Berikut diskusinya: