Era Revolusi Industri 4.0 di Depan Mata, 2 Cagub Jateng Punya Cara Berbeda Menyikapinya

Semarang, Idola 92.6 FM – Revolusi industri 4.0 atau yang biasa dikenal dengan istilah otomasi industri berbasis robot, sudah memasuki Indonesia. Salah satu sektor industri di dalam negeri yang akan dipacu untuk implementasi revolusi industri 4.0, yakni sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) di Jawa Tengah.

Calon Gubernur (Cagub) Ganjar Pranowo mencoba ikut memikirkan konsekuensi dari kemajuan industri 4.0 tersebut, dengan melakukan pendekatan kemanusiaan.

Beberapa pengusaha di Jateng yang diajak berbicara tentang revolusi industri 4.0 mengaku, belum terlalu memikirkannya. Meskipun diakui, ada salah satu perusahaan rokok terbesar di provinsi ini sudah menerapkan teknologi moderen. Namun nyatanya, pekerja atau buruh kasar yang bertugas meracik rokok “lintingan” tetap dipertahankan.

Menurut Ganjar, yang terpenting adalah hubungan antara pengusaha dan pekerjanya tetap terjalin dan tidak menimbulkan gejolak karena adanya PHK masal.

“Sekarang kita masuk di industri 4.0, ramelah semua. Saya tanya, ayo siapa yang mau ganti dengan otomasi? Ternyata engga ada meskipun Djarum sudah melakukannya denggan Djarum Oase. Tapi yang buruh lintingnya dipegang karena ini kemanusiaan yang adil dan beradabnya berjalan,” ujarnya.

Sementara, Cagub Sudirman Said juga punya pendapat tentang revolusi industri 4.0 di Jateng.

Menurutnya, revolusi industri 4.0 merupakan kemajuan zaman yang tidak bisa dihindari. Meskipun tidak dalam waktu dekat, namun pengusaha yang menginginkan efisiensi akan memilih menerapkan otomasi industri.

“Betul itu mungkin belum akan terjadi setahun dua tahun ke depan, tapi itu pasti akan datang dalam artian pengusaha pasti akan memilih cara-cara yang lebih efisien. Tentu kita sudah mulai merasa bahwa otomasi itu punya dampak pada penyediaan lapangan kerja, oleh karena itu peta jalan harus dibuat bagaimana menyiapkan tenaga kerja untuk bertransisi yang baik supaya teman-teman pengusaha punya pedoman,” ujarnya.

Namun demikian, jelas mantan menteri ESDM itu, agar tidak terjadi PHK masal perlu ada upaya penyiapan tenaga kerja dialihkan ke sektor pekerjaan lain. Sehingga, tidak terjadi persoalan baru di Jateng. (Bud)