Di Era Revolusi Industri 4.0, Bagaimana Menarasikan Bidang Sains-Teknologi agar Surplus Peminat?

Revolusi Industri 4.0

Semarang, Idola 92.6 FM – Menyongsong Indonesia Emas pada 2045 mendatang jalan yang bisa kita bayangkan adalah akan berlakunya knowledge-based economy atau Ekonomi Berbasis Pengetahuan. Di mana talenta-talenta kita atau generasi muda yang jumlahnya akan meledak di tahun 2030 semua tidak lagi bekerja dengan mengeksploitasi sumber daya alam. Tetapi menciptakan nilai tambah yang berbasis pada pengetahuan.

Singkatnya, di era Revolusi Industri 4.0, Indonesia membutuhkan talenta-talenta di bidang sains-teknologi.

Hanya saja, ketika kita menatap Indonesia Emas ke depan, perasaan waswas dan khawatir segera menyergap, karena peminatan generasi muda kita pada bidang sains-teknologi justru sepi.

Faktanya, minat calon mahasiswa ke bidang teknologi yang masih sangat rendah. Dari hasil penerimaan mahasiswa baru di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, minat mahasiswa untuk mendalami bidang sains dan teknologi lebih kecil dibandingkan dengan bidang sosial dan humaniora.

Maka, bagaimana cara kita mendorong minat anak-anak pada bidang sains-teknologi agar bangsa Indonesia tidak hanya sekedar menjadi bangsa konsumen atas produk-produk teknologi? Bagaimana pula cara prodi-prodi sains-teknologi dalam menarasikan, agar dapat menarik minat generasi muda? Serta, apa sesungguhnya yang menyebabkan rendahnya minat anak-anak pada bidang sains-teknologi?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Prof Iwan Pranoto (Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB)); DR. H.M. Mukhsin Jamil M.Ag (Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang); dan Prof Mochamad Ashari (Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya). (her/ yes/ ao)

Dengarkan podcast diskusinya: