Mahalnya Harga Beras Harus Disikapi Dengan Data Produksi Yang Akurat

Semarang, Idola 92.6 FM-Anggota Komisi B DPRD Jateng Ahsin Makruf mengatakan secara realitas di lapangan, memang diakui pasokan beras di provinsi ini kurang. Sehingga, hukum pasar yang berlaku harga beras mengalami kenaikan akibat barang sedikit.

Menurutnya, perlu ada evaluasi data akurat mengenai produksi beras di Jateng. Bahkan, data yang tersaji mengenai produksi dan konsumsi beras di Jateng bisa dipertanggungjawabkan.

“Kalau melihat realita yang ada di pasaran, harga beras tinggi karena secara ekonomi barang kurang. Maka harus duduk bersama dan bicara sejujurnya, produksinya itu berapa. Oleh karena itu, peran Bulog dalam mengelola logistik terutama beras harus dimaksimalkan,” kata Ahsin, di sela diskusi mengenai harga beras di Hotel Grasia, Senin (29/1).

Lebih lanjut politikus PAN itu menjelaskan, selain memaksimalkan peran Bulog untuk menyeimbangkan harga beras di pasaran agar terjangkau masyarakat, perlu ada perubahan aturan harga pembelian pemerintah (HPP). Sebab, HPP yang diterapkan sangat merugikan petani dan bisa berpengaruh pada nilai tukar petani (NTP) di Jateng.

OP Bukan Solusi Atasi Beras Mahal
Ketua LP2K Jateng Ngargono menambahkan, OP beras besar-besaran yang digelar Bulog tidak menarik minat masyarakat. Alasannya, kualitas yang ditawarkan di bawah rerata beras yang biasa dikonsumsi.

Oleh karena itu, lebih baik untuk menekan harga beras di pasaran dan penyerapan beras Bulog di masyarakat tepat sasaran dengan mengarahkan beras sejahtera (rastra) untuk 2,4 juta kepala keluarga (KK). Alasannya, data tersebut akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.

“Yang dimaksimalkan data base penerima raskin 2,4 juta KK karena sudah berjalan dan datanya ada. Kalau masih belum mujarab, menurut saya harus ada tambahan alokasi. Kalau normal 12 kali, ya bisa ditambah tiga kali bonus. Penggenjotan ini jauh lebih tepat sasaran daripada OP. Karena, OS saya yakin tidak terserap sesuai target,” ujarnya.

Lebih lanjut Ngargono menjelaskan, apabila pemerintah lebih mengedepankan rastra yang memiliki data 2,4 juta KK maka penekanan harga beras bisa tercapai. (Bud)