Memperkuat Peran Perguruan Tinggi di era Revolusi Industri 4.0

Semarang, Idola 92.6 FM – Dapatkah Anda mengendalikan Masa Depan? Begitulah Peter Thiel dalam salah satu bab di bukunya Zero to One melontarkan pertanyaan yang provokatif kepada para pembaca. Ia pun melanjutkan, Anda dapat menganggap masa depan bersifat pasti atau Anda dapat memperlakukannya sebagai sesuatu yang sangat tidak menentu.

Jika Anda memperlakukan masa depan sebagai sesuatu yang pasti, maka menjadi ‘masuk akal’ jika Anda berusaha memahaminya terlebih dahulu, dan kemudian membentuknya. Akan tetapi, jika Anda menganggap masa depan sebagai hal yang tidak pasti dan bersifat acak, maka logis kalau Anda tidak akan berupaya menguasainya. Menurut Peter Thiel, anggapan bahwa masa depan sebagai sesuatu yang tidak pasti, merupakan cara pandang yang mendasari banyaknya ketidakberfungsian dalam dunia kita saat ini. Proses lebih unggul ketimbang isi. Ketika orang tidak mempunyai rencana yang kongkret untuk dilaksanakan, mereka menggunakan aturan-aturan formal untuk menata sebuah ‘daftar berisi pilihan’ yang bermacam-macam.

Terkait hal itu, memasuki era revolusi industry 4.0 yang berbasis digital, pendidikan tinggi harus dikelola secara fleksibel tanpa terjebak rutinitas. Era tersebut mensyaratkan berbagai terobosan perguruan tinggi dalam menyiapkan sumber daya manusia yang kompetitif. Menristekdikti Mohammad Nasir dalam acara kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka di Jakarta baru-baru ini menyatakan, pada era industry 4.0 ini, teknologi digital semakin menguat. Kompetensi terkait digital seperti pengodean, pemrograman dan kecerdasan buatan bukan lagi monopoli mahasiswa teknologi informasi dan komunikasi. Mahasiswa bidang lain juga bisa dibekali dengan kompetensi tersebut.

Lantas, kompetensi digital seperti apa yang mesti diadopsi perguruan tinggi kita memasuki era revolusi industry 4.0? Sudah memadaikan perguruan tinggi kita beradaptasi dengan hal ini? Bagaimana pula dengan kompetensi pengajarnya? Sudah cukup berkompetenkah?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Rektor Universitas Diponegoro Semarang Profesor Yos Johan Utama dan Prof Rhenald Kasali, Guru Besar FEB Universitas Indonesia. [Heri CS]

Berikut diskusinya: