Perlu Sinergi Antara Sekolah, Guru, dan Orangtua Untuk Atasi Kekerasan Siswa

Semarang, Idola 92.6 FM – Kekerasan yang melibatkan siswa di sekolah hingga kemudian menewaskan guru Ahmad Budi Cahyono di Sampang Madura membuat kita miris dan prihatin. Ini mengindikasikan tidak utuhnya pola pengasuhan. Siswa MH dinilai tidak mempunyai batasan antara posisi guru dan murid yang seharusnya dia dapatkan dalam pola pendidikan di rumah. Anak tersebut, tidak memandang korban sebagai guru tetapi orang yang membuatnya tak nyaman. Karena itu, ia tak menghormati gurunya.

Untuk mengatasi persoalan ini, perlu sinergi antara sekolah, guru, dan orangtua siswa. Merujuk pada harian Kompas (5/2), kecerdasan moral penting ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar dalam fase tumbuh kembang hingga dewasa mampu membedakan yang benar dan salah berdasarkan etika. Pola penanaman nilai yang tak utuh dapat berdampak pada karakter anak yang tidak terkontrol dalam kehidupan sehari-hari.

Kasus penganiayaan itu terjadi di tengah proses belajar mengajar dalam mata pelajaran (mapel) kesenian di kelas XII SMAN 1 Torjun, Sampang, pada Kamis, 1 Februari 2018.

Budi menegur MH yang tak menghiraukan instruksinya dalam mengajar, bahkan mengganggu kawan-kawannya yang lain. Karena tegurannya tak mempan, Budi mendatangi MH dan mencoretkan kuas bercat di wajah siswanya itu.

Tak terima, MH menyerang dan melayangkan pukulan ke Budi. Pukulan siswa yang jago beladiri itu mengenai pelipis dan tengkuk sang guru honorer berusia 27 tahun tersebut.

Sepulang ke rumah, Budi tak sadarkan diri. Keluarga lalu membawa Budi ke RSUD Dr Soetomo. Sekitar pukul 21.40 WIB, ia dinyatakan meninggal dunia lantaran mati batang otak akibat penganiayaan.

Lantas, terkait hal ini, bagaimana upaya yang mesti dilakukan untuk mencegah kekerasan siswa di sekolah? Bagaimana pula mensinergikan pola asuh antara sekolah, guru, dan orangtua siswa? Sejauh ini, bagaimana pula peran guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah untuk menyikapi adanya siswa yang bermasalah?

Guna menjawab pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM mewawancara Diana Setyawati, peneliti pada Pusat Kesehatan Mental Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta. (Heri CS)

Berikut Wawancaranya: