Bagaimana Upaya yang Harus Kita Lakukan agar Seluruh Bangsa Bahu Membahu Melakukan Fight For atas Berbagai Persoalan Bangsa?

Refleksi Hari Pahlawan

“We fight against things we hate. We fight for things we love.” (Kita bertempur melawan apa yang kita benci. Kita berjuang untuk hal-hal yang kami cintai).

– Simon Sinek

Semarang, Idola 92.6 FM – Tanggal 10 November, bangsa kita memperingati Hari Pahlawan nasional. Tema peringatan Hari Pahlawan tahun ini adalah “Aku Pahlawan Masa Kini”. Sejenak, melihat sejarah, 10 November dipilih sebagai Hari Pahlawan karena dahulu pada 10 November 1945– pasukan Indonesia melakukan perang pertama dengan pasukan asing yakni Inggris setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa di Kota Surabaya Jawa Timur pada saat itu menjadi satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi fisik Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Salah satu tokoh kunci yang terkenal pada saat perjuangan itu adalah Bung Tomo yang mampu menyalakan dan mengobarkan semangat perjuangan rakyat melalui pekik semangat perjuangan di radio yang mampu menggetarkan sendi-sendi juang masyarakat pada waktu itu. Radio sebagai perekat Keindonesiaan pada waktu itu—menjelma menjadi alat perjuangan yang mampu meletupkan semangat juang dalam dada—lebih dari sekadar propaganda yang tertulis di dinding-dinding tembok.

Merefleksi hari pahlawan ini—kita mengingat ada istilah “fight against” dan “fight for”. Dahulu ada penjajah dan kolonialisme sebagai musuh bersama. Mulai dari Belanda hingga Jepang. Sehingga, fight against jadi lebih mudah karena musuhnya tampak nyata. Namun, beda dalam konteks sekarang –bentuk perjuangan kita adalah fight for—atau perjuangan menuntaskan bangsa dari berbagai persoalan domestik.

Artinya, banyak sekali tantangan yang mesti dihadapi bangsa ini dan lebih kompleks. Misalnya problem meningkatkan literasi, mengatasi kemiskinan, dan melawan kebodohan. Itu semua bersifat fight for atau perjuangan untuk menggapai sesuatu agar lebih baik di masa yang akan datang. Ia tak kasat mata namun begitu menjadi tantangan dan persoalan bangsa kita. Sebab, kalau tak bisa diatasi, kita akan terancam menjadi negara maju di usia emas seabad nanti pada 2045.

Lantas, merefleksi Hari Pahlawan, bagaimana upaya yang harus kita lakukan agar seluruh bangsa bahu membahu melakukan fight for demi mengatasi problem bangsa saat ini dan ke depan? Apa sesungguhnya yang membuat perjuangan bangsa kita saat ini seolah lebih berat daripada saat revolusi fisik dahulu?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Siswono Yudo Husodo (Ketua Yayasan Pembina Pendidikan Universitas Pancasila), Dr. Saifur Rohman (Ahli filsafat dan Budayawan dari Universitas Negeri Jakarta), dan Anhar Gonggong (Sejarawan). (Heri CS)

Berikut diskusinya: