Bagaimana Meneladani Semangat Kepahlawanan di Era Kekinian?

Hari Pahlawan
Ilustrasi/radioidola.com

Semarang, Idola 92.6 FM – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati jasa para pahlawan. Upaya menghargai dan menghormati jasa para pahlawan dilakukan dengan cara meneladaninya.

Tanggal 10 November, kita peringati Hari Pahlawan nasional Peringatan Hari Pahlawan tahun ini mengambil tema “Pahlawanku Inspirasiku”. Sejenak, melihat sejarah, 10 November dipilih sebagai Hari Pahlawan karena dahulu pada 10 November 1945, pasukan Indonesia melakukan perang pertama dengan pasukan asing yakni Inggris setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa di Kota Surabaya Jawa Timur pada saat itu menjadi satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi fisik Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Salah satu tokoh kunci yang terkenal pada saat perjuangan itu adalah Bung Tomo yang mampu menyalakan dan mengobarkan semangat perjuangan rakyat melalui pekik semangat perjuangan di radio yang mampu menggetarkan sendi-sendi juang masyarakat pada waktu itu. Radio sebagai perekat Keindonesiaan pada waktu itu—menjelma menjadi alat perjuangan yang mampu meletupkan semangat juang dalam dada—lebih dari sekadar propaganda yang tertulis di dinding-dinding tembok.

Edwin Mirza Chaerulsyah dalam jurnal Indonesian Journal of History Education menyatakan, meneladani sikap kepahlawanan berarti meniru dan melaksanakan sikap yang ditujukkan oleh para pahlawan.

Lantas, merefleksikan hari Pahlawan, bagaimana meneladani semangat kepahlawanan yang telah ditunjukkan ke dalam era sekarang? Bagaimana kita dapat menarik inspirasi dari kisah heroik para pahlawan itu?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini/ kami nanti akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Siswono Yudo Husodo (Ketua Yayasan Pembina Pendidikan Universitas Pancasila); Dr. Itje Chodjidjah (Pendidik dan juga Ketua Komisi Nasional Untuk UNESCO); dan Valentina Sokoastri- pendiri Yayasan Sanggar Juara Bogor. (her/yes/ao)

Dengarkan podcast diskusinya: