Mempertanyakan Keandalan Manajemen Listrik Nasional

Semarang, Idola 92.6 FM – Padamnya aliran listrik di Banten, Jabodetabek, Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah, Minggu (04/08/2019) lalu menimbulkan pertanyaan tentang keandalan manajemen listrik. PLN menyebut penyebab utamanya aliran listrik Minggu lalu adalah karena gangguan pada transmisi Ungaran dan Pemalang. Gangguan menyebabkan aliran listrik ke barat dan timur terganggu. Hal ini diikuti gangguan di pembangkit sisi tengah dan Jawa Barat.

Padamnya listrik serentak di hampir separuh Jawa sempat menimbulkan kepanikan dan kebingungan warga yang terdampak. Hampir semua aktivitas sehari-hari warga bergantung pada listrik seperti komunikasi, transportasi, penyediaam air bersih, perbankan dan transaksi keuangan lain serta terutama penerangan pada malam hari. Merujuk pada data Kompas (05/08/2019), kejadian ini bukan kali pertama dalam sistem interkoneksi Jawa-Bali terganggu. Tahun 1997 sistem pernah mati total. Sejak tahun 2001-2008 terjadi 6 kali gangguan interkoneksi Jawa-Bali termasuk pada 18 Agustus 2005 yang menyebabkan gangguan PLTGU Muara Karang, PLTU Suralaya, PLTGU Tambaklorok, dan PLTU Paiton sehingga pasokan listrik berhenti.

Terlepas dari ini, cukup panjangnya jeda waktu antara putusnya aliran listrik dan kembali pulih menimbulkan pertanyaan tentang keandalan sistem kelistrikan nasional. Kita merasakan ada kerentanan dalam sistem interkoneksi karena gangguan pada sirkuit di gardu induk tegangan tinggi Ungaran dapat mengganggu aliran listrik separuh Jawa. Lalu, apa sesungguhnya pokok persoalan di tubuh PLN? Melihat keandalan manajemen listrik–benarkah ada problem di dalamnya? Upaya apa pula yang mesti dilakukan pemerintah agar ini tak terjadi kembali di kemudian hari? Menyoroti persoalan ini, Radio Idola Semarang mewawancara Direktur Eksekutif Institute for Essential Services and Reform (IESR) Fabby Tumiwa. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: