Bagaimana Meningkatkan Kekuatan Solidaritas Melawan Covid-19?

Peduli COVID-19

Semarang, Idola 92.6 FM – Solidaritas publik menjadi kekuatan yang tidak bisa dianggap sepele dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Karena solidaritas―dapat mengubah kekhawatiran menjadi energi untuk tolong menolong―sehingga patut diupayakan di tengah situasi darurat seperti ini.

Solidaritas adalah rasa senasib sepenanggungan yang dahulu memintal benang persatuan dan kesatuan, dalam mengusir penjajah. Sekarang, solidaritas merupakan harta yang bisa menjadi senjata dalam konteks perang melawan corona. Merefleksi ini—kita jadi ingat ungkapan, “We fight against thing we hate. We fight for things we love.” Kita bertempur melawan apa yang kita benci. Kita berjuang untuk hal-hal yang kita cintai.

Kalau dulu, ada penjajah yang menjadi musuh bersama―sehingga seluruh anak bangsa fight against atau bertempur melawan musuh yang terlihat nyata. Kini, situasinya hampir mirip, meski yang menjadi musuh bersama, tak bisa dilihat dengan mata. Tetapi, setidaknya, ada semacam semangat dan determinasi yang sama, yang bila diintegrasikan, diikta dan disatukan, akan menjelma menjadi kekuatan yang maha dahsyat untuk mengenyahkan virus corona.

Berdasarkan jajak pendapat harian Kompas, 3-4 Maret 2020, masyarakat meyakini, bahwa bangsa Indonesia memiliki kekuatan bertahan dalam situasi darurat, karena memiliki semangat gotong royong. Keyakinan tersebut mewujud dalam bentuk meningkatnya inisiatif dan partisipasi publik untuk membantu pemerintah memerangi virus corona.

Inisiatif warga itu, tampak misalnya dari penggalangan dana untuk membelikan alat perlindungan diri bagi para petugas medis yang merawat pasien Covid-19, membuat cairan pembersih tangan (hand sanitizer) dan kampanye kesehatan baik di ranah luar jaringan maupun dalam jaringan.

Namun, pertanyaannya kemudian, bagaimana cara “mengaktifkan” kekuatan solidaritas yang tampak masih terpendam, agar dapat menyulut spirit, “Rawe-rawe rantas malang-malang putung?”

Sayangnya, dalam suasana seperti ini, sebagian pihak tetap saja membuat kegaduhan, dengan saling memuji kelompoknya, sambil mencaci kelompok pesaingnya. Alih-alih menyamakan frekuensi dan mereduksi perbedaan, para partisan malah seakan menjadikan wabah corona ini sebagai panggung pertikaian.

Lantas, dalam situasi saat ini, siapkah kita—masyarakat Indonesia melakukan upaya bersama? Jika siap, bagaimana cara menyulut api semangat Rawe-rawe rantas malang-malang putung yang diwariskan oleh para pendahulu kita? Apa yang mesti dilakukan agar masyarakat besedia menepikan perbedaan untuk lebih melihat kesamaan, dalam perang melawan virus corona?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof. Dr. Purwo Santoso, MA (Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta) dan Prof Herawati Supolo Sudoyo (Peneliti Senior Lembaga Biologi Molekuler Eikjman). (Andi Odang/ Heri CS)

Berikut diskusinya: