Semarang, Idola 92,6 FM – Banyak kisah menarik yang selalu dinanti setiap peringatan Hari Pahlawan, dan salah satunya cerita dari seorang veteran pengintai musuh saat terjadi Agresi Militer Belanda kedua.

Adalah Ngadimin Citro Wiyono atau lebih dikenal dengan Ngadimin Semprong, di usia yang hampir mendekati 90 tahun itu masih bisa dengan jelas menceritakan masa-masa perjuangan dulu di saat Agresi Militer Belanda kedua.

Ngadimin mengaku ikut berjuang ketika usainya kala itu masih 15 tahun, dan terlecut karena kematian ayahnya di tangan tentara Belanda.

Ngadimin menjelaskan, ia mulanya membantu tentara Indonesia yang akan menyergap senjata Belanda.

“Saya awalnya itu membantu Angkatan Darat kita yang akan menyerang Belanda, yang jaga gudang senjata. Saya dulunya ya cuma berani saja. Setelah saya diadul-adul dan dikoreksi sampai sedalam-dalamnya oleh UNS bagian sejarah. Ya begini jadinya,” kata Ngadimin, Selasa (10/11).

Lebih lanjut Ngadimin menjelaskan, tugas sebagai pengintai Belanda bukan perkara mudah. Bahkan, saat Agresi Militer Belanda kedua pecah hampir setiap hari terjadi pertempuran.

“Penjajahan Belanda itu tahun 48, 49 dan 50. Pada tahun itu, Belanda yang ada di Solo berpusat di Lapangan Terbang Panasan. Dulu belum Adi Soemarmo. Kampung di situ pada tahun-tahun itu untuk ajang perang siang dan malam tidak ada henti-hentinya. Selama kurang lebih tiga tahun,” jelasnya.

Ngadimin di usia senjanya ini hanya bisa berharap, dirinya tetap sehat dan bisa memenuhi kebutuhan hidup setiap hari. (Bud)