Dinkop Dorong Setiap Daerah di Jateng Ada Produk Fesyen

Kepala Dinkop dan UKM Jateng Ema Rachmawati
Kepala Dinkop dan UKM Jateng Ema Rachmawati (kanan) berbincang dengan Ketua Dekranasda Jateng Siti Atiqoh tentang produk fesyen Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM – Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah terus mendorong setiap kabupaten/kota, bisa memiliki produk fesyen yang diunggulkan. Sehingga, produk unggulan tidak hanya berupa kain saja tetapi sudah berbentuk baju atau pakaian.

Kepala Dinkop dan UKM Jateng Ema Rachmawati mengatakan sebenarnya, provinsi ini masih kurang produk fesyen. Hanya beberapa kabupaten/kota saja di Jateng, yang sudah memiliki produk fesyen. Data yang ada menyebutkan, baru 110 pelaku UMKM yang menggeluti produk fesyen dengan 2.595 macam corak.

Menurutnya, produk fesyen yang sudah dikenal masyarakat berasal dari Kota Semarang dan Surakarta serta Kota Pekalongan.

Ema menjelaskan, sebenarnya di setiap kabupaten/kota di Jateng sudah memiliki kain khas masing-masing. Misalnya kain batik, lurik maupun tenun. Namun, yang sudah berbentuk baju atau fesyen belum banyak. Padahal di masa pandemi ini, pasar fesyen masih terus terbuka lebar.

“Kita ingin mengenalkan produk fesyen Jawa Tengah. Karena setahu kita, hanya Pekalongan dan Semarang serta Solo. Tapi ternyata, di setiap daerah di Jawa Tengah itu kain banyak. Hanya tinggal kualitasnya saja yang perlu diperbaiki. Selain itu, mendorong kepada kabupaten/kota yang punya kain tapi belum tentu punya produk baju. Ayo mulai sekarang kita bangun fesyen Jawa Tengah, mulai dari batik dan lurik serta tenun,” kata Ema, kemarin.

Lebih lanjut Ema menjelaskan, pihaknya juga terus menggenjot sejumlah gelaran untuk memantik minat dari kabupaten/kota di Jateng bisa membuat produk fesyen. Salah satunya gelaran UKM Virtual Expo (UVO), dengan tema “Yes U Can! Ojo Sambat Ojo Kendo.

“Lewat event seperti inilah, diharapkan nanti bisa muncul produk-produk fesyen dari kabupaten/kota di Jawa Tengah. Oleh karena itu, kami ingin mengubah sudut pandang bahwa produk kain saja tidak cukup dan harus ada produk turunannya,” pungkasnya. (Bud)