Epidemiolog: Cakupan Tes Covid-19 Harus Terus Diperluas dan Diperbanyak

Tes SWAB (Ilustrasi)
Tes SWAB (Ilustrasi).

Semarang, Idola 92.6 FM – Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia UI, Dr. Syahrizal Syarif menyatakan, dalam situasi penanggulangan Covid-19 yang semakin genting ini, pemerintah harus mendorong pemeriksaan spesimen lebih banyak. Cakupan dan jumlah tes harus terus ditingkatkan.

“Pemeriksaan spesimen harus didorong lebih banyak. Kenapa? Karena jika ini lebih cepat, akan menangkap kasus orang sakit lebih cepat, lebih awal,” ujar Dr Syahrizal Syarif, saat diwawancara radio Idola Semarang dalam program Good to Great, Selasa (02/09) pagi.

Ia melihat, kapasitas pemeriksaan masih rendah. Kapasitas masih di bawah 30 ribu spesimen per hari. Itu masih rendah sekali. Oleh sebab itu, ilmuwan dunia, Indonesia harusnya sudah punya 1 juta kasus. Bahkan ilmuwan AS bilang, Indonesia seharusnya memiliki 5 juta kasus.

Dr. Syahrizal Syarif
Dr. Syahrizal Syarif, Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI).

“Itu karena melihat, penduduk Indonesia ini mencapai 267 juta. Ini seperti negara lain yang penduduknya banyak, India misalnya, dengan penduduk 1,3 miliar kasusnya sudah mencapai 3,5 juta kasus,” tuturnya.

Hingga saat ini, jumlah tes Covid-19 di Indonesia baru mencapai 35,6 persen dari standar yang ditetapkan WHO 1 tes per 1.000 populasi per-minggu.

Dr Syahrizal bisa memaklumi beberapa hambatan pemerintah dalam upaya tes, namun hal itu mestinya bisa diatasi dan diantisipasi. Apalagi, sudah memasuki 6 bulan.

Dia mengkritik pemerintah yang seolah sudah terlena dengan akan adanya vaksin. Padahal, keberadaan vaksin masih belum bisa dipastikan.

“Kita dilenakan bahwa tahun depan, kita mempunyai 250 juta vaksin. Padahal, vaksin yang sudah pasti. Kita baru dapat paling 50 juta pada kuartal pertama,” menurutnya.

Vaksin merah putih rencana pemerintah akan diproduksi pada akhir tahun 2021.

“Saya sih, ragu. Sekarang, masih tahap uji di laboratorium, belum uji klinis. Tiga fase uji klinis, membutuhkan paling cepat satu tahun. Jika uji klinis awal tahun depan, pertengahan sudah mau produksi. Bagaimana caranya, uji klinis bisa dilakukan dalam 6 bulan?” tandasnya. (her)

Artikel sebelumnyaSatgas Covid-19 IDI: Pandemi Makin Berat
Artikel selanjutnyaBulog Jateng Bagikan 15 Kilogram Beras ke Keluarga Penerima Manfaat