Bagaimana Menggugah Kesadaran Pemangku Kebijakan dan Warga atas Ancaman Terendamnya Sebagian Pesisir di Indonesia pada 2050?

Banjir
images/ANTARA

Semarang, Idola 92.6 FM – Sebanyak 199 kabupaten/ kota pesisir di Indonesia diprediksi bakal terkena banjir rob tahunan pada tahun 2050 akibat perubahan iklim. Sekitar 118 ribu hektar wilayah akan terendam air laut dan ada 8,6 juta warga yang terdampak. Kerugian diperkirakan mencapai seribu trilun lebih.

Harian Kompas pada Jumat (20/8) lalu memberitakan, analisis dampak kenaikan air laut di 21 ibu kota provinsi di Indonesia. Analisis ini menggunakan data simulasi kenaikan air laut dari lembaga riset nonprofit Climate Central dengan mengombinasikan analisis spasial, data populasi, ekonomi, dan kebijakan pemerintah daerah.

Dari analisis itu diperoleh skor kerentanan setiap wilayah. Beberapa wilayah yang menghadapi kerentanan itu antara lain: DKI Jakarta, Banjarmasin, Semarang, Surabaya, dan Makassar. Selain ancaman kenaikan air laut, di antara 21 ibu kota provinsi ini juga diprediksi ada kota-kota yang terendam air laut lebih parah akibat penurunan muka tanah.

Rob di ruas jalan Semarang-Demak
Rob di ruas jalan Semarang-Demak tahun lalu.

Arktik yang memanas secara dramatis membuka persaingan untuk sumber daya yang dulunya sulit diakses. Maka, dalam prediksi Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Jakarta diperkirakan tenggelam dalam 10 tahun ke depan. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah pidato sambutannya kepada para pemimpin badan intelijen di AS–di mana isu perubahan iklim merupakan salah satu pembahasannya.

“Jika, pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan memiliki jutaan orang yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur. Anda melihat apa yang terjadi di Afrika Utara. Apa yang membuat kita berpikir ini tidak penting? Itu bukan tanggung jawab Anda, tetapi itu adalah sesuatu yang Anda lihat karena Anda tahu apa yang akan terjadi,” kata Biden dilansir dari liputan6.com.

Banjir Rob Kota Pekalongan
Banjir rob yang menggenangi wilayah Kota Pekalongan tahun lalu.

Kita ketahui, efek Perubahan Iklim bisa sangat fatal mematikan. Ini yang dikhawatirkan di China. Pengalaman banjir besar di Zhengzhou, Henan bulan lalu membuat pengambil kebijakan di sana mulai mempersiapkan diri untuk perubahan iklim. Begitu juga dengan banjir bandang yang menerjang Jerman, Austria dan Belgia.

Ini seolah menjadi alarm peringatan bahwa seharusnya negara-negara lain juga melakukan persiapan, termasuk Indonesia. Namun sayangnya, Pemda dan warga kita belum sepenuhnya menyadari ancaman kenaikan air laut di wilayah mereka.

Banjir China 2021
Banjir bandang di Provinsi Henan, China pada Rabu, 21 Juli 2021. (Photo/ASIATimes)

Maka, bagaimana setidaknya menggugah kesadaran stake holder di Indonesia? Apa saja, yang setidaknya bisa kita lakukan, untuk paling tidak mengurangi risiko agar tidak terlalu ekstrem? Apakah kita semua (masyarakat) sudah cukup aware, terhadap kemungkinan adanya ancaman itu?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Eko Cahyono (Direktur Sajogyo Institute Periode 2015- 2018, Asisten Pengajar di Divisi Kajian Agraria dan Kependudukan (KAREP) Fakultas Ekologi Manusia IPB); Rukuh Setiadi,Ph.D (Pakar Perencanaan Kota Universitas Diponegoro Semarang); dan Leonard Simanjuntak (Pak Leo)- Kepala Greenpeace Indonesia. (her/ yes/ ao)

Dengarkan podcast diskusinya:

Artikel sebelumnyaMengenal “KAMI CATER” Inovasi Pengganti Semen karya Mahasiswa UNS
Artikel selanjutnyaPanglima TNI Perintahkan 3T di Klaten Lebih Masif