Mendesakkah Pemindahan Ibu Kota Negara, di Tengah Banyak Persoalan Lain yang Lebih Urgen?

Pindahan Ibukota
ilustrasi/detik

Semarang, Idola 92.6 FM – Richard Florida, profesor dari George Mason University dan pengarang buku The Flight of Creative Class menemukan sebuah fenomena menarik. Ketika Thomas Friedman dalam bukunya The World Is Flat meramalkan dunia yang semakin datar– di mana lokasi fisik bukan lagi penghalang untuk menghasilkan ide-ide kreatif dan inovatif; Florida justru menemukan kota-kota yang terkenal karena inovasinya―seperti San Francisco, New York, Chicago, Sydney, London, Paris, Bangalore, Shanghai, atau Tokyo—semakin dibanjiri para manusia-manusia kreatif.

Padahal biaya hidup di kota-kota tersebut sangat tinggi. Bila the flat world-nya Friedman memang benar, mengapa mereka tidak cabut saja dari kota-kota itu, dan hidup di pedesaan sepi nan tenang dengan biaya hidup yang jauh lebih murah?

Pengamatan Florida ini sungguh menarik karena membuktikan teknologi tetap belum mampu menggantikan peran penting lokasi fisik. Lokasi fisik tetap dibutuhkan karena inovasi membutuhkan transfer pengetahuan yang bersifat ‘tacit’ yang sulit untuk dikodifikasi (disistematisasi/ distandardkan). Pengetahuan juga memiliki nilai-nilai sosial yang tidak bisa dilepaskan dari konteks dan orang-orangnya/ dan di sini communities of practices memegang peranan penting dalam penyebaran pengetahuan.

Kita juga membutuhkan kluster-kluster industri karena selain mampu mengakomodasi transfer ‘tacit knowledge’ dan aspek sosial dari informasi, kluster industri mampu mengurangi transaction costs dan resiko pembukaan usaha baru (baca juga: Cybercity, Kluster Industri, dan Inovasi).

Dalam konteks pemikiran Richard Florida dan Thomas Friedman ini, kita pun bertanya-tanya mengenai rencana pemerintah yang akan memindahkan ibu kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur: Mendesakkah pemindahan Ibu Kota Negara, di tengah banyak persoalan lain yang lebih urgen? Hal-hal apa saja yang mestinya dipertimbangkan pemerintah atas kebijakan ini? Di antara konsep pemikiran Richard Florida dan Thomas Friedman, mana yang jadi visi Pemerintah? Atau, apakah, hanya yang penting pindah?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Bhima Yudistira Adhinegara (Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS)); Andy Fefta Wijaya (Pengamat Kebijakan Publik Universitas Brawijaya Malang); dan Boy J. Even Sembiring (Manajer Kajian Kebijakan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)). (her/ yes/ ao)

Dengarkan podcast diskusinya: