Dinkop Jateng Coba Fasilitasi Permintaan Frozen Food Dari Australia

Dinkop UMKM Jateng
Photo/Istimewa

Semarang, Idola 92,6 FM – Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah mencoba menjajaki permintaan produk pertanian ke Australia, untuk membuka jalan bagi pelaku UMKM hortikultura. Namun, kendala yang dihadapi adalah permintaan importir asal Australia menghendaki produk hortikultura itu dalam bentuk beku atau frozen.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jateng Ema Rachmawati mengatakan produk makanan beku termasuk produk hortikultura, selama masa pandemi cukup diminati masyarakat. Tidak hanya dalam negeri saja, tetapi juga masyarakat dari luar negeri. Pernyataan itu dikatakan saat ditemui di Hotel Novotel Semarang, baru-baru ini.

Ema menjelaskan, pasar yang terbuka di Australia untuk memasarkan produk makanan atau hortikultura beku terbuka lebar. Hanya saja, peluang itu belum bisa ditangkap dengan baik para petani Jateng yang tergabung di gabungan kelompok tani (gapoktan). Sebab, kendalanya adalah soal ketersediaan peralatan atau teknologi untuk membuat produk pangan pertanian beku.

Menurutnya, kondisi ini sedang disiasati untuk dicari pemecahan permasalahannya.

“Mintanya kan produk frozen yang khusus produk pertanian itu frozen semua. Sementara kita memang belum punya pengalaman. Sehingga ketika kami kumpulkan gapoktan-gapoktan, karena ada permintaan itu semuanya angkat tangan karena belum punya teknologi frozen. Jadinya, kita minta teman-teman UMKM yang sudah agak kuat untuk menjadi agregator. Mereka saya minta uji coba dulu, kalau berhasil kita diskusi lagi. Dari Australia importirnya minta harganya jangan di atas Vietnam sama Thailand, karena mintanya satu kontainer untuk sampel,” kata Ema.

Lebih lanjut Ema menjelaskan, kendala lainnya yang dihadapi adalah soal harga jual produk pertanian beku tersebut. Sehingga, harus dipikirkan bahwa harga jual produk pertanian beku asal Jateng bisa di bawah Vietnam maupun Thailand.

“Saya harus nyari cara subsidi apa yang harus dilakukan untuk menurunkan harganya, supaya kita tidak tersaingi. Kita coba jajaki dengan BNI, biar ada biaya yang menanggung pengirimannya,” pungkasnya. (Bud)