Membaca Peta Caleg Perempuan Dalam Pemilu 2019

Semarang, Idola 92.6 FM – Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini berpendapat, hingga kini, perempuan masih sulit untuk menembus parlemen.Tidak hanya menembus parlemen, Titi juga menilai perempuan masih sulit mendapat dukungan besar partai politik guna diusung dalam pemilihan legilatif. Tidak adanya dukungan parpol dalam hal sumber daya ditengarai menjadi faktor utama yang menyebabkan perempuan kurang aktif dalam dunia politik.

Tidak hanya itu, politik transaksional yang masih kerap mewarnai proses pencalegan kader ditengarai juga menjadi faktor kurang kuatnya potensi perempuan berada di kursi parlemen.Terbukti saat ini komposisi perempuan di DPR RI baru mencapai 17,3% saja.

Untuk itu, Titi berharap agar parpol mau benar-benar serius menggiling kader perempuan menjadi kader yang mumpuni dan juga memberi dukungan kuat. Pemerintah pun diminta menggunakan daya dorongnya untuk memaksa para parpol agar mau lebih mengakomodir kader perempuan dan tidak menjadikannya bagian yang terpinggirkan dalam parpol.

Lantas, terkait dengan keterwakilan 30 persen, sudahkah parpol benar-benar mengakomodir kader perempuan? Sulitnya muncul kader caleg perempuan yang berkualitas—apa faktornya? Karena memang faktor perempuan yang memang jarang yang berpolitik atau karena tidak adanya upaya dan peran parpol? Kenapa pula, partai kerap memosisikan caleg perempuan di nomor sepatu atau nomor besar ketimbang caleg laki-laki? Benarkah caleg perempuan rentan “dicurangi”? Dengan kondisi saat ini, apa yang mesti didorong pada parpol? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini. [Heri CS]

Berikut diskusinya: