Mendorong Program Studi Baru di Perguruan Tinggi untuk Mengantisipasi Manusia-Manusia yang Relevan di Masa Depan

Semarang, Idola 92.6 FM – Di tengah gempuran revolusi industri 4.0 saat ini, perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta dinilai masih banyak yang masih memiliki paradigma lama. Hal itu berdampak pada masih rendahnya daya saing lulusan dan makin banyaknya pengangguran intelektual.

Di sisi lain, untuk mencoba membuat terobosan baru, kampus-kampus masih terbelenggu regulasi. Akibatnya, mereka masih kesulitan untuk menjalankan program studi sesuai dengan perkembangan zaman. Kondisi itulah yang hendak diubah Kemenristekdikti dengan pelonggaran sejumlah peraturan.

Untuk mengantisipasi manusia-manusia yang relevan di masa depan, Menristekdikti M Nasir saat ini tengah mencanangkan pencabutan sejumlah regulasi. Misalnya, peraturan tentang nomenklatur atau penamaan prodi, linieritas, dan gelar akademik. Menurut Nasir, penamaan prodi yang terlalu ketat dan diatur pemerintah pusat tidak sejalan dengan pengembangan keilmuan saat ini yang berkembang pesat.

Lantas, bagaimana mendorong Perguruan Tinggi berinisiatif mendirikan program studi yang berorientasi masa depan agar tak ketinggalan zaman? Cukupkah hal itu hanya dengan dilonggarkannya regulasi? Apa sesungguhnya tantangan terbesar perguruan tinggi dalam upaya berubah untuk menyesuakan degan kebutuhan zaman di era revolusi industry 4.0?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr Patdono Suwignyo (direktur jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) dan Prof Asep Saefuddin (rektor Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta). [Heri CS]

Berikut diskusinya: