Munculnya Gerakan Kerelawanan Nonpartisan, Seberapa Signifikan dan Relevan di Tengah Tantangan Kompleksitas Penyelenggaraan Pemilu 2019?

Semarang, Idola 92.6 FM – Menjelang pemungutan suara Pemilu 2019, mulai bermunculan gerakan nonpartisan dari masyarakat untuk mengawasi dan menjaga integritas Pemilu. Gerakan-gerakan seperti itu bisa menjadi penyeimbang di tengah menguatnya fragmentasi masyarakat dan adanya tantangan kompleksitas penyelenggaraan pemilu serentak.

Gerakan membangkitkan partisipasi politik itu semakin relevan di tengah turunnya tingkat penggunaan hak pilih dan pemantauan pemilu. Pada Pemilu 1999, partisipasi pemilih 93,3 persen, lalu turun pada Pemilu 2004 dan 2009. Partisipasi sedikit naik pada Pemilu 2014 menjadi 75,11 persen. Saat bersamaan, jumlah pemantau terakreditasi di KPU juga turun, dari 66 lembaga pada Pemilu 1999 menjadi 29 pada Pemilu 2004 lalu 19 pada Pemilu 2009 dan 22 pada Pemilu 2014.

Sosiolog UGM Yogyakarta Arie Sudjito mengatakan, Pemilu 2019 memiliki tantangan kompleksitas penyelenggaraan yang berbeda dari Pemilu 2014. Karena itu, dari sisi teknis, KPU dan Bawaslu perlu dikawal. Selain itu, pemilu saat ini juga cenderung diwarnai kuatnya pembelahan politik.

Lantas, problem apa saja yang menjadi tantangan baik bagi penyelenggara maupun warga? Dalam konteks semacam ini, seberapa signifikan dan relevan, peran Gerakan Kerelawanan Nonpartisan yang juga mulai bermunculan? Bagaimana mendorong partisipasi peran relawan untuk menjaga integritas pemilu? Upaya konkret apa yang bisa mereka lakukan dalam menjaga dan mengawal Pemilu 2019 agar berintegritas? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Sosiolog UGM Yogyakarta Arie Sudjito. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: