Pemprov Jateng Minta Masyarakat Tidak Lagi Terbangkan Balon Udara Secara Liar Setiap Lebaran

Semarang, Idola 92.6 FM – Pemkot Pekalongan bekerja sama dengan AirNav Indonesia menggelar Java Baloon Festival di Stadion Hoegeng Pekalongan, Rabu (12/6) kemarin. Sebanyak 105 peserta, mengikuti festival tersebut dan menampilkan beragam warna serta keunikan balon udara.

Menjadikan tradisi menerbangkan balon udara sebagai ajang festival, untuk mengedukasi masyarakat tidak menerbangkan balon udara secara liar dan mengganggu penerbangan.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan Pulau Jawa merupakan salah satu rute jalur penerbangan tersibuk di dunia, tidak hanya penerbangan domestik tapi juga internasional. Namun, setiap memasuki masa liburan Lebaran jalur penerbangan itu selalu mengalami gangguan dari tradisi masyarakat di Jawa Tengah. Terutama di wilayah Kabupaten Wonosobo dan Kota Pekalongan, yang memiliki tradisi menerbangkan balon udara.

Oleh karena itu, jelas Ganjar, tradisi menerbangkan balon udara setiap Lebaran harus bisa menjadi momentum pariwisata setiap tahunnya. Terutama di Kabupaten Wonosobo dan Kota Pekalongan.

Gubernur Ganjar Pranowo menyapa masyarakat yang akan menyaksikan Java Baloon Festival di Stadion Hoegeng Kota Pekalongan, belum lama ini.

Menurutnya, tradisi menerbangkan balon udara saat Syawalan jika tidak dilakukan pembinaan akan membahayakan penerbangan. Sehingga, pihaknya mengapresiasi langkah dari AirNav Indonesia yang mengelompokkan masyarakat dalam satu wadah festival balon udara.

Ganjar menjelaskan, untuk tahun-tahun mendatang pihaknya tidak akan memberikan toleransi kepada masyarakat yang tetap menerbangkan balon udara tanpa kontrol atau dianggap liar.

“Kemarin itu banyak balon yang terbang liar, terus banyak pilot melaporkan. Saya komunikasi dengan Kementerian Perhubungan. Ada dua yang menjadi dilema, satu itu tradisi masyarakat tapi sisi sebelahnya ada bahaya. Yaitu terganggunya penerbangan, akibat balon lepas bebas. Saya tidak bisa berkompromi lagi kalau ada yang bercanda bapak ini bagaimana, itu wong tradisi. Itu kalau kena pesawat, masuk mesin njebluk terjadi kecelakaan penerbangan, siapa yang disalahkan dan dirugikan,” kata Ganjar, belum lama ini.

Lebih lanjut Ganjar menjelaskan, pihaknya tidak akan membatasi atau menghapus tradisi di masyarakat namun harus tetap memerhatikan keselamatn sekitarnya. (Bud)